Pesta telah berakhir, kata mereka
Dan, beraneka ragam catatan terukir dalam sejarah
Kesedihan, kekecewaan sesak di dada bagi yang kalah
Suka cita dan perjamuan layaknya resepsi bagi yang merasa menang
Bila itu dinyatakan sebagai pesta, mengapa harus ada kalah-menang?
Ada duka nestapa pula di ujung akhirnya?
Pesta, ataukah pertarungan berlapiskan pertikaian?
Adakah dan dimanakah politik yang bersih itu dipentaskan?
Bukankah mengidealkan bijaksana, berwibawa dan bersih dalam sebuah tatanan?
Dengan cara apa dan bagaimanakah mewujudkannya?
Berkontestasi tanpa uang, bisakah?
Mendulang suara tanpa uang, mungkinkah?
Berpolitik bebas uang hanyalah hembusan angin selembut sutra
Teramat sulit untuk dipercaya pada fakta realitanya
Sebab, uang lebih banyak bicara di atas segalanya
Ketika politik dijalankan demi ambisi berkuasa
*****
Kota Malang, November di hari ketiga puluh, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H