Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemarau Menghunjam

17 November 2024   00:15 Diperbarui: 18 November 2024   22:06 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: sumbarkita.id

Entahlah mengapa ...
Kegerahan selalu hadir setiap hari
Bila hanya karena panas teriknya mentari
Bukankah itu hal yang lumrah?
Bukankah itu sudah biasa?
Bagi kita yang hidup di negeri ini ...

Panas teriknya mentari sepanjang hari adalah energi
Yang menggerakkan kehidupan negeri ini
Hingga termasyhur sebagai negeri seribu pulau
Yang berbalutkan gemah ripah loh jinawi

Namun, saat ini?
Sang mentari mulai tak peduli lagi
Diakui ataupun tidak sebagai sumber energi
Dia sudah tak peduli
Kegerahan pun kian terasa, kian menjadi-jadi
Lantaran pancaran bara api
Seperti enggan untuk berhenti

Saksikanlah mereka, di antara kita pula!
Adab bicara tak lagi dijunjung tinggi
Mencaci  dan memaki telah jadi tradisi
Apalagi yang bertaburkan dengki bersulam benci
Nalar sehat pun seolah mati
Berganti kepicikan tiada kendali

Bumi yang memanas
Mengunjukkan pertikaian
Memuncak pada perang antar sesama
Katak bersahutan-sahutan
Percikkan hasutan menjijikkan
Membelah angkasa, hembuskan bisikan dan nyanyian
Menggetar dalam rambatan gelombang suara setan
Hadirkan bencana membahana ke sepenjuru dunia

Kemarau yang menghunjam tajam
Keringkan suasana hati dan pikiran
Bagai penghantar langkah menuju kehidupan jahanam

Begitulah, dan ... benarkah?

*****

Kota Malang, November di hari ketujuh belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun