Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Ruang Bicara Aku Bersuara

7 Oktober 2024   13:13 Diperbarui: 7 Oktober 2024   13:25 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumpahkan saja bila itu dipandang perlu, mengapa musti ragu
Apalagi di kala ruang bicara sudah kian semrawut, rumit akut
Teramat sulit untuk dipilah mana yang jernih mana yang keruh
Semua serba karut-marut
Namun cobalah untuk tak menambah menjadi semakin kusut

Tumpang tindih, membaur dan bergumullah hitam-putih jadi abu-abu
Mengerucut jadi acuan meski tanpa sandaran kepastian
Dan terbuailah kita, liar lepas kendali tak lagi tunduk
Pada kehendak semesta alam ...

Kecerdasan hanya dipandang dari lihainya bersilat lidah
Memainkan kata dan istilah yang tak pernah mewujud pada karya nyata
Mengambang sawang, meliuk-liuk di ruang hampa
Laksana menangkap angin, suguhkan ilusi dan halusinasi
Hanya tebar citra pesona, gulirkan fatamorgana

Anehnya, betapa banyak pula yang mengamini
Bahkan memuja dan menjunjung tingi-tinggi
Melampaui batas antara pencipta dan yang dicipta

Tidaklah diciptakan manusia dengan segala karunia yang dilimpahkan-Nya
Kecuali hanya sebagai abdi kehidupan yang telah ditentukan Tuhan semesta alam
Dalam hukum alam, dalam hukum Tuhan

Kutulis sajak ini bagi siapapun yang masih mau peduli
Dan berjanji untuk setia kepada Sang Ilahi
Biarkanlah mereka terbuai dalam ayunan, bujuk rayu menghembus membius
Oleh bisikan setan, membusung dada sebagai sang penguasa
Menggerus kuasa Sang Ilahi

Aku sendiri ...
Tak peduli pada caci maki, benci ataupun dipuji
Karena aku tak menginginkannya

Lalu, apa sesusungguhnya?
Hanya upaya dari apa yang kupunya sebagai karunia-Nya
Berseru, mengingatkan bahwa kita dicipta hanya sebagai hamba
Bukan sebagai penguasa di antara sesama ...

*****

Kota Malang, Oktober di hari ketujuh, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun