Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bila Putih Berarti Suci

5 Oktober 2024   20:53 Diperbarui: 5 Oktober 2024   22:31 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah putih itu bermakna suci?
Salahkah aku bila harus memilih dan bersikap sebagai golongan putih?
Nistakah aku?

Maka berkelompok sebagai orang suci, tak terkontaminasi
Oleh hiruk pikuknya politik praktis yang sarat dengan intrik
Sarat dengan kekejian dan kekejaman
Bagiku adalah sikap yang arif nan bijaksana

Apakah sikap yang demikian ini sebagai sesuatu yang serta merta?
Tidak!
Sebab, semua melalui proses pergulatan pemikiran panjang
Seksama, dan tidak tiba-tiba begitu saja

Berapa kali kita menjalankan pemilihan umum sejak merdeka?
Lalu, apa yang dihasilkannya?
Mewujudkah arah dan tujuan bangunan bangsa di negeri ini
Sepanjang menjalankan pemilihan umum yang sudah mencapai tiga belas kali?
Sudahkah?

Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Memajukan kesejahteraan umum yang universal
Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
Atau, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Nusantara tanpa kecuali
Dimanakah wujud raut wajahnya hingga saat ini?

Terlintaskah di benak kita hingga mencapai pada kedalaman pemikiran
Bahwa menjalankan pemilihan umum di negeri ini, sesungguhnya
Adalah bertolak belakang dengan prinsip dasar berbangsa dan bernegara
Yakni, tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Bukankah bangsa negeri ini dibangun di atas pondasi Pancasila serta konstitusi dasar 1945?
Dan, itu adalah komitmen luhur yang haram untuk dikhianati!

Disadarikah semua itu?
Semoga!

*****

Kota Malang, Oktober di hari kelima, Dua Ribu Dua Puluh Empat. 
  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun