Secangkir wedang kopi pahit bersanding di meja
Menemaniku di pagi hari
Memainkan lentik jemari ini dalam merangkai kata
Menepis raungan narasi hampa tak berealita
Membombardir bertubi-tubi  selalu di ruang publik
Dalam jejaring pewarta yang begitu gampang didapatkan
Saat ini ...
Memang mereka amat piawai mengolah, apalagi menggoreng
Setiap problematika dalam sejuta kata dan istilah
Agar terkesan sempurna berakal budi, tajam membedah masalah
Meski sebenarnya masih melangit mengambang sawang
Tak secuilpun membumi mewujud bukti
Sebagai harmonisasi antara gagasan dengan kenyataan
Kitapun terkesima, terpesona dan terbuai dibuatnya
Entahlah, mengapa ...
Bagiku, mereka tak lebih dari para ahli cakap
Atau para ahli kitab yang hanya mahir dalam cuap-cuap
Namun begitu miskin bersikap dan berbuat
Seperti yang diharap dalam menjawab
Setiap kerutan soal yang harus diputus
Apalah guna bermuluk-muluk dan bombastis
Bila ternyata hanya tong kosong berbunyi nyaring
Menggumpal dan menggunung sebagai ...
Dabrus, brutus!
*****
Kota Malang, Agustus di hari kedua puluh sembilan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Â
   Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI