Silakan saja bila itu digeluti dan terus menerus ditindaklanjuti
Silakan saja, dan sah-sah saja dalam menjawab tantangan kehidupan sepanjang zaman
Namun, apa yang telah diraih dan diperoleh?
Sudahkah tatanan segala aspek kehidupan yang terlingkup di dalamnya
Memancarkan sebuah harmoni kehidupan ideal surgawi?
Sudahkah, membangun tatanan kehidupan beralaskan pondasi politik itu mengarah pada tujuannya?
Sudahkah?
Bila tak sampai, sudah berapa lama bahtera negeri ini mengarungi samudra?
Melewati usia satu-dua generasikah?
Lantas, sampai kapankah terus begini kami bertanya dan bernyanyi
Dalam buaian senandung harap sabar menanti pelipur lara?
Sampai kapankah?
Ada yang salah!
Celetuk sang pengagung jubah laksana sang aulia
Dengan narasi ilusi magis bahwa tanpa ini kita akan jadi buta
Yang berhadapan dengan sang pengagung jubah laksana sang cendekia
Dalam narasi ilusi magis pula bahwa tanpa itu kita akan jadi lumpuh
Ach, keduanya masih dalam cengkeraman dan biusan
Oleh politik adalah panglima dalam menjawab tantangan kehidupan
Hingga saat ini, di zaman ini
Bagaimana seharusnya?
Tanya sang awam kebanyakan
Kembalikan kepada ajaran Tuhan yang penuh dengan keseimbangan dan universal
Bila kita hendak mencapai tujuan hidup dalam tatanan surgawi
Jawab salah seorang di antara para sang awam kebanyakan, dengan lugasnya
Sesederhanakah itukah jawabnya?
Kembali, sang awam kebanyakan bertanya
Kenalilah dirimu dengan seksama, maka engkau akan mengenal Tuhanmu
Dengan ajaran-Nya yang tak secuilpun ada yang timpang
Dalam menatap kehidupan menuju tatanan surgawi
Sudahkah itu dijalani?
*****
Kota Malang, Agustus di hari kedua puluh enam, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H