Guyuran hujan membasahi segenap isi bumi
Tak seperti biasanya
Deras, lebat dan hebat di penghujung kemarau
Menghapus gerah gelisah menghimpit diri
Yang seolah enggan berhenti
Mengapa tiba-tiba datang hujan sederas dan selebat ini?
Bukankah kemarau belum saatnya usai?Â
Tanya seorang bocah kepada sang bapak
Entahlah, nak ...
Pantulan gerak alam semesta begitu sulit ditebak
Kemana arah dan maunya
Jawab sang bapak sekenanya
Tapi, bukankah alam semesta punya keteraturan?
Kembali sang bocah bertanya lantaran tak lega
Atas jawaban sang bapak
Ah, sudahlah ...
Terima sajalah apa adanya
Mau hujan ya sudah, tidak pun ya sudah
Hidup kita ini sudah susah, jangan menambah susah!
Sang bocah diam seketika
Enggan bertanya lagi kepada sang bapak
Karena tak ingin kian menambah beban susah
Bagi sang bapak yang merasakan hidup serba susah ....
*****
Kota Malang, Juli di hari ketiga puluh satu, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H