Seonggok Kisah Analogis Metafora

Pelbagai kejadian di alam adalah ungkapan bagi sosial budaya manusia
Begitu sebaliknya, peristiwa sosial budaya manusia bisa mengungkapkan pelbagai kejadian alam
Maka kejadian alam itu sama dan sebangun dengan sosial budaya manusia

Peristiwa alam tentang sel kanker, memberikan gambaran pelajaran kepada kita
Bahwa sel-sel kanker sebagai sel-sel yang mengalami mutasi berubah sifat menjadi sangat serakah
Menyedot banyak nutrisi yang berkembang secara ekstrem
Sama halnya pada peristiwa sosial budaya manusia tentang mikro ekonomi
Memberikan gambaran betapa manusia-manusia kapitalis adalah manusia-manusia serakah
Yang  menggunakan kekuatan modalnya guna mengeksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia secara membabi buta
Pun demikian pada makro ekonomi yang memberikan gambaran pelajaran kepada kita
Betapa pemerintah suatu negara yang serakah selalu dan selalu menggunakan kekuatan ekonomi dan militernya 
Untuk menjajah, mengeksploitasi dan merugikan negara lain

Itulah persamaan sifat antara sel kanker dan para kapitalis penjajah yang sama-sama serakah!

Sebab tumbuhnya kanker peradaban adalah sistem riba, sistem kapitalisme individu maupun kolektif
Yang memberikan ruang bebas bagi ambisi keserakahan manusia-manusia kapitalis
Dalam mengeruk sumber daya alam serta menindas sesama manusia
Begitu pula sebab tumbuhnya jaringan kanker dalam tubuh manusia, akibat pola makan yang serakah
Yakni intensitas yang terlalu berlebihan, semua dimakan, entah baik atau tidak bagi tubuh kita
Tanpa mejalankan puasa yang benar

Sekali lagi, sistem riba sebagai sitem yang memberikan ruang bebas bagi ambisi keserakahan
Memacu aktivitas ekonomi untuk selalu tumbuh sehingga menumbuhkembangkan sel-sel jaringan kanker peradaban
Dan, untuk menghancurkan jaringan kanker peradaban, maka dilakukanlah dengan melalui krisis ekonomi global

Begitu pula halnya dalam membunuh jaringan kanker biologis
Maka dilakukanlah melalui puasa yang benar atau diet yang ekstrem ....

Sanggupkah kita menghadapinya?

*****

Kota Malang, Juli di hari kedua belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.