"Lahir, tumbuh dan berkembangnya budaya-peradaban manusia itu diawali dari aktivitas ekonomi,"Â kata si Jhon pada suatu ketika, saat bercengkerama dengan si Paneri.
"Oh, ya?" Timpal dan reaksi si Paneri dengan raut mimik sedikit berdecak kagum, terperangah, menanggapi apa yang baru saja dilontarkan oleh si Jhon.
"Lalu, apa kaitannya dengan situasi-kondisi saat ini dimana fenomena alam semesta dengan segala adegan yang dipampangkan kepada kita manusia, ada apakah di balik semua itu?" Tanya si Paneri.
"Geliat alam semesta dari hari ke hari yang kian menggejala hingga saat ini, hingga detik ini, sebenarnya merupakan isyarat dan tanda dari Sang Pencipta Maha Segala. Artinya, bahwa Tuhan telah memberi isyarat dan tanda kepada manusia, dan bencana-bencana yang terjadi adalah teriakan lantang Tuhan agar manusia segera bertaubat  untuk menghentikan perusakan ciptaan-Nya. Karenanya, mari didengarkan dicermati, dan dicamkan dengan seksama," jawab si Jhon.
"Jadi, benang merah antara aktivitas ekonomi manusia dengan geliat alam semesta berupa bencana-bencana itu apa, ya?" Kembali si Paneri tanya mendesak.
"Baiklah, mari dimulai pemahaman kita terhadap sistem ekonomi yang dijalankan oleh manusia di dunia saat ini, yang terlingkup dalam bangunan sistem negara-bangsa di pelbagai belahan dunia. Apakah sudah sejalan dengan kehendak Sang Pencipta Maha Segala, dalam arti kata sebuah sistem ekonomi yang mengarah pada keseimbangan? Hal ini lantaran konstruksi bangunan kehidupan ideal dengan segala aspek hidup yang ada di dalamnya, selalu dan selalu mengarah pada pola yang seimbang. Tak terkecuali terhadap aspek ekonomi yang seharusnya diterapkan oleh manusia apabila hendak dipararelkan terhadap rancang bangun dari Sang Pencipta Maha Segala. Begitu seharusnya, esensi prinsipalnya," ujar si Jhon.
"Wah, ini sangat mendalam, butuh keseriusan untuk membedah aspek kehidupan ekonomi manusia pada umumnya, guna menjawab pertanyaan, apakah sistem ekonomi yang sedang berjalan dalam budaya dan peradaban manusia saat ini, merupakan sistem ekonomi timpang ataukah sistem ekonomi seimbang? Begitu, ya?" Kata si Paneri.
"Ya, benar. Dari sebuah analisis menunjukkan bahwa sistem ekonomi timpang, atau sistem ekonomi batil itu sangat rentan terhadap krisis. Dimana sistem ekonomi dimaksud dipengaruhi oleh 2 varibel yang menentukan, yakni oleh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam suatu negara-bangsa. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank central untuk mengatur uang yang beredar dan suku bunga dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi tertentu, yakni tentang pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah terkait dengan pengendalian aktivitas ekonomi melalui realisasi perubahan anggaran pendapan belanja negara dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi," ulas si Jhon.
"Jadi, simpelnya, orientasi sistem ekonomi batil itu pada galibnya adalah pertumbuhan ekonomi dimana kemajuan suatu negara-bangsa itu ditentukan oleh pertumbuhan eknominya, apakah begitu ya?" Timpal si Paneri menyela ulasan si Jhon.
"OK, mulai nyambung, ya? Saya lanjutkan ... Dalam hal kebijakan moneter, tugas utama dari bank central adalah mengatur peredaran uang guna mengendalikan inflasi (kenaikan harga barang dan jasa) dalam batas-batas yang wajar serta menstabilkan kurs rupiah. Inflasi harus selalu ada karena berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun pola kerja bank central adalah  menjaga inflasi melalui penaikan ataupun penurunan suku bunga acuan. Di samping itu juga menjaga nilai tukar rupiah melalui intervensi (pelepasan atau penjualan) dollar di pasar, sebab nilai tukar rupiah harus dikendalikan agar tidak jatuh lantaran kenaikan angka inflasi," papar si Jhon melanjutkan ulasannya.