Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sengketa?

28 Maret 2024   19:38 Diperbarui: 28 Maret 2024   22:52 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: dokpri

Ya, pada akhirnya terjadilah
Meski syair manis nan elok
Tentang persatuan dalam kesatuan
Tiada putus, tiada hentinya dikumandangkan
Di negeri ini, bagi bangsa ini

Namun, nyatanya?

Persatuan dalam kesatuan yang dipalsukan!
Hanya karena tergiur oleh kekuasaan semata
Nafsu tak terkendali pun menggerus makna puasa
Prinsip kendali menahan diri yang sudah sering kali
Dijalani dan dilalui ...

Atau mungkin hanya sebatas menahan lapar, haus dan dahaga
Itu yang dipahami dan dimengerti
Bukan menahan segala wujud nafsu demi keseimbangan diri?
Boleh jadi!

Komedi omong di dunia persilatan lidah sedang dipentaskan
Perseteruan berlanjut di altar meja sidang dimainkan
Disadari atau tidak, sang kebanyakan menyaksikannya
Sebagai tontonan yang mengasyikkan, memilukan, juga menggelikan

Pertarungan antar pendekar, pakar dan guru besar
Dari habitat, dari kawah candradimuka yang sama
Mereka dilahirkan
Dengan bekal, senjata dan jurus yang sama pula tentunya

Kalaupun harus bertikai dan bersengketa
Itu semua hanyalah karena tuntutan

Di kala berjuang habis-habisan, mati-matian
Tentang politik dan demokrasi yang harus dipertahankan
Demi gengsi, harga diri, reputasi, dan kekuasaan belaka
Yang diperebutkan agar bisa tergenggam di tangan
Walau nyata mencederai makna persatuan Indonesia Nusantara
Namun apa hendak dikata, terlanjur sudah
Nista binasa, urusan nantilah yang menanggungnya

Dan, sang kebanyakan masih asyik dalam keasyikannya
Menyaksikan drama tragikomedi dari mereka yang hanya segelintir
Namun masih lekat dengan jubah dan mahkotanya
Sebagai sang penguasa ....

*****

Kota Malang, Maret di hari kedua puluh delapan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.     

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun