Kopi komoditi dunia yang kita punya
Jujurlah bila belum apa-apa
Belum mampu bersanding di panggung pertunjukan kopi
Yang telah terlanjur punya nama
Dan, digenggam oleh sang jawara dunia ...Â
Kalaulah biji kopi kita
Telah bersemayam tersendiri
Di hati para penikmat pecinta kopi dunia
Dengan citra rasa dan keunikannya
Apa arti ini semua
Bila hanya dalam ranah citra rasa dan keunikan belaka?
Bukankah zamrud khatulistiwa
Dengan hamparan tanah gemah ripah loh jinawi
Sebagai anugerah Sang Pencipta
Adalah daya dongkrak untuk jadi yang terbesar dan terapik?
Nyatanya, tak seperti harapan dan impian, bukan?
Tradisi budaya seruput kopi di negeri ini
Masih tak kuasa menorobos panggung pertunjukan kopi dunia
Menjadi jawara nilai dan harga yang mendunia
Adalah kenyataan pahit
Sepahit rasa kopi tak bergula
Yang telah mentradisi membudaya
Di negeri Indonesia Nusantara tercinta ...
Bilakah biji kopi kita menjadi apa-apa ?
Ditahbiskan sebagai jawara
Di panggung pertunjukan kopi dunia?
*****
Kota Malang, Februari di hari kedua puluh sembilan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H