Bumi tempat kita berpijak
Hidup berkehidupan dalam diam dan segala gerak
Manusia menapak, berjalan hingga ke puncak
Seiring dengan perguliran waktu dalam sejarah
Di kala sampai di puncak
Manusia pun nampak berkubang tamak
Teriak menyalak sembari terbahak-bahak
Dalam keakuan, pongah dan congkak
Laksana kacang lupa akan kulitnya
Melupa kepada Tuhan Sang Maha Pencipta
Yang memberdayakan manusia sebagai hamba-Nya
Anak negeri teriak menyalak
Bertanya tentang impian dan harapan
Damai, sejahtera yang berkeadilan
Kepada mereka yang masih berdiam di singgasana
Yang tak kunjung tiba, turun di alam nyata
Bertanyalah aku, mengapa?
Bilakah saatnya tiba
Kepada kita yang tiada hentinya mendamba?
Tentang damai sejahtera, kasih sayang di antara sesama
Di bumi yang tercabik-cabik
Timpang pincang kian meradang
Dan, akupun merindu
Pada keseimbangan hidup
Atas nama Tuhan Semesta Alam ...
*****
Kota Malang, Februari di hari kedua puluh sembilan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H