Mengurai kata berjiwa
Menghujam pada kehidupan yang mati
Menggugah pikiran melompong
Yang tak peduli pada ngilu sendi jeritan hati
Hanya piara diri tak manusiawi
Enggan menoleh kanan kiri
Gila akan reputasi, gengsi dan posisi
Halalkan segala cara
Tajamnya pena dalam kata berjiwa inilah
Aku menggugah dalam gema suara
Nyaris tanpa gagap
Bangkitkan kehidupan yang telah mati!
Ke seluruh anak negeri tanpa kecualli
Dari ujung timur hingga ujung barat
Membentang jalinan di atas kesatuan pikiran dan tindakan
Bahwa ketidakadilan, keangkaramurkaan harus dienyahkan!
Lantaran tak kenal penghisapan dan penindasan atas sesama
Masih adakah nyalimu wahai para punjangga?
Dengan tajamnya penamu dalam suara yang berjiwa?
Mengikis, meluluhlantakkan para durjana bangsa
Yang sudah mati rasa!
Jangan diam membisu, membuta mata menutup telinga!
Bila kau tahu, haruskah jadi tak mau tahu?
Yakinkanlah bila Tuhan masih bersama kita
Selagi rela dengan jiwa raga dan harta yang kita punya
Demi bumi anak negeri tanah merdeka ...
*****
Kota Malang, Februari di hari kedua puluh delapan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H