"Dan tiada paksaan di dalam memilih suatu tatanan hidup. Mau meng-amin-i silakan, tidak pun silakan. Sebab, sesungguhnya hidup adalah pilihan dan keseimbangan ..."
Ulasan saya sebelumnya tentang gambaran dunia yang begitu dahsyat, peristiwa kiamat, yakni kiamat peradaban, dan bukan kiamat akhir dunia, sebab Tuhan masih menyisakan sedikit kehidupan di bumi ini. Terjadi proses pemulihan perbaikan keseimbangan di bumi meskipun tidak sesempurna proses pemulihan keseimbangan di tahapan Akhirat, karena "kiamat akhir dunia", kehancuran yang terjadi adalah total, menyeluruh, tidak menyisakan kehidupan sama sekali di muka bumi.
Dengan kata lain, proses mem-format ulang bumi dilakukan secara total sehingga bumi dan langit, atmosfer yang menyelubunginya akan kembali kondisinya seperti pada waktu awal diciptakannya (QS Al-Anbiya (21):104, Injil Yeyasa Bab 34:4; Bab 51:6; Bab 65:17; Bab 66:22). Dan, kehidupan baru, peradaban baru yang akan dibangkit di tahapan kehidupan akhirat, akan ditata dengan sistem keseimbangan yang sempurna.
Nah, selanjutnya bagaimana dengan gambaran proses kebangkitan manusia dan kehidupan di Akhirat, serta bagaimana sistem kehidupan di Akhirat dijalankan? Mari disimak uraian berikut ini ...
Proses Kebangkitan Manusia
Bila Tuhan bisa menciptakan manusia, maka tentunya juga sangat mudah untuk membangkitkan manusia dari kematiannya, meskipun tubuh manusia sudah tak bersisa sama sekali (QS Al-Hajj (22):7, QS Ar-Rum (30):27, QS Al-Isra (17):49-52, QS Yasin (36):78-79, QS Al-Qiyamah (75):3-5, Injil Yohanes Bab 5:28-29).Â
Manusia saat ini sudah mampu menciptakan teknologi kultur jaringan, yakni menumbuhkan tanaman dari potongan bagian-bagian tanaman di dalam media khusus. Dalam pembiakan hewan dikenal dengan teknologi kloning, membikin individu baru tanpa melalui proses perkawinan atau pembuahan. Sel-sel binatang yang akan di-kloning diambil dari bagian tubuh binatang yang kemudian diletakkan di dalam media khusus. Setelah tumbuh menjadi embrio, dipindahkan ke rahim binatang betina yang sejenis, seterusnya tumbuh dan berkembang hingga lahir individu baru.
Pada dasarnya, DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) manusia bisa berubah selama manusia tersebut masih hidup, menyesuaikan dengan perilaku, sifat dan kebiasaan sehari-hari. Manusia-manusia awal yang diciptakan Tuhan tentunya mempunyai wujud yang lebih sempurna dan seimbang. Namun seiring dengan perilaku, sifat dan kebiasaan sehari-hari yang cenderung tidak seimbang, maka mulailah timbul pelbagai penyakit dalam tubuh manusia, dan hal tersebut sedikit banyak akan merubah susunan kode genetik dalam DNA, dimana DNA sudah tak sesempurna lagi seperti pada saat dilahirkan. Itulah yang diwariskan kepada anak cucu menjadi penyakit turunan, atau biasa dikenal dengan "dosa waris", yaitu potensi penyakit fisik termasuk sifat atau perilaku yang cenderung negatif yang diwariskan dari orang tuanya.
Bila si anak mampu berjuang menjalankan kehidupan yang baik dan seimbang, maka dia bisa menghapus dosa waris tersebut, memperbaiki struktur DNA sehingga penyakit fisik ataupun potensi sifat-sifat negatif tidak akan muncul dalam kehidupannya. Makanya dalam Islam ada prosesi khitan atau sunat, dan di dalam Nasrani ada pembaptisan, sebuah ritual simbolik untuk mengarahkan perilaku anak agar menjalani kehidupan "Bersih-Seimbang", sehingga akan menghapus potensi penyakit maupun sikap.
Perlu diketahui, bahwa DNA manusia adalah seperti micro chip yang tertanam di setiap sel manusia, mampu merekam sifat atau perilaku baik ataupun buruk setiap manusia. Dan, saat manusia meninggal, DNA di dalam tubuhnya adalah rekaman terakhir dari perilaku manusia.
Tuhan akan menyimpan dan mengamankan DNA terakhir tersebut, yang akan menjadi blue print atau rancangan dasar wujud setiap manusia ketika dibangkitkan di masa kehidupan Akhirat. Jadi, jika seseorang saat sebelum meninggal, energi kehidupannya dimaksimalkan untuk berjuang menegakkan kebaikan atau keseimbangan, maka gelombang energi akan ditangkap dan direkam dalam DNA. Ketika meninggal, orang tersebut mati membawa catatan sertifikat kebaikan dalam hidupnya. Dan, itu menjadi bekal utama saat menghadapi pengadilan Tuhan (penghakiman terakhir). Sebaliknya, seseorang jika sebelum meninggal banyak melakukan keburukuan, maka hal itu juga terekam dalam DNA-nya dan menjadi catatan atau sertifikat buruk atas perilaku orang tersebut. Â