Satu hal yang perlu dipahami bersama, bahwa pada awalnya Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan keseimbangan yang sempurna, termasuk bumi dan seisinya. Pun demikian bahwa Tuhan telah mengajarkan nilai-nilai, aturan-aturan yang menjunjung tinggi keseimbangan, seperti halnya perintah agar selalu berbuat adil, saling membantu di antara sesama di ranah kebaikan, tidak berlebihan dalam sikap dan perilaku, tidak serakah, dan pelbagai nilai-nilai positif lainnya.
Jadi, ajaran Tuhan yang dibukukan ke dalam kitab-kitab suci adalah identik dengan guiden book, buku petunjuk untuk memperlakukan ciptaan-Nya. Petunjuk untuk memperlakukan diri atau tubuh manusia itu sendiri, memperlakukan terhadap sesama manusia dan memperlakukan alam berdasarkan keseimbangan. Sehingga bila semua umat manusia mengikuti ajaran atau ketentuan Tuhan, maka sistem keseimbangan Tuhan akan selalu terjaga dan terpelihara. Dengan demikian, esensi ciptaan maupun ajaran Tuhan adalah keseimbangan sebagai fakta-fakta yang tak perlu diperdebatkan lagi.
Namun sayang, betapa manusia justru bertindak dan berperilaku sebaliknya. Menjadi perusak pelbagai sistem keseimbangan di bumi, mulai dari kerusakan sistem keseimbangan alam, kerusakan sistem keseimbangan sosial, kerusakan sistem keseimbangan tatanan dunia, bahkan kerusakan sistem keseimbangan dalam tubuh manusia itu sendiri. Dan, kerusakan keseimbangan yang semakin parah dari tahun ke tahun, akan menciptakan kehancuran yang sangat dahsyat.
Saat ini, berbagai bencana alam, konflik sosial hingga peperangan maupun pelbagai wabah penyakit, merupakan tanda-tanda awal bahwa telah terjadi kerusakan sistem keseimbangan yang cukup serius di bumi ini. Bencana-bencana tersebut eskalasinya akan semakin meluas dan semakin dahsyat seiring dengan semakin parahnya kerusakan pelbagai sistem keseimbangan di bumi.
Kerusakan keseimbangan yang cukup parah terjadi akibat nafsu keserakahan dan kesewenangan manusia yang tak terkendali. Nafsu ingin menjajah dan berkuasa dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, menguras sumber daya alam (SDA) dan memeras sumber daya manusia (SDM) secara masif.
Memang benar, negara kita telah membebaskan diri dari penjajahan VOC atau Hindia Belanda, serta telah melepaskan diri dari cengkeraman kekejaman Jepang, dan kita telah memproklamasikan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Namun perlu diingat, kemerdekaan ini telah mendorong lahirnya VOC-VOC modern yang jauh lebih kuat dan lebih serakah. Perusahaan-perusahaan kapitalis raksasa dari dalam maupun dari luar negeri yang dibekali teknologi yang jauh lebih modern, mesin-mesin yang lebih kuat dan lebih besar, telah menguras dan merusak sunber daya alam negeri ini secara masif.
Tujuh puluh delapan tahun pasca proklamasi kemerdekaan, kerusakan keseimbangan alam jauh lebih parah dibandingkan 350 tahun dijajah VOC atau Belanda. Artinya apa? VOC-VOC medern jauh lebih ganas dalam menguras kekayaan alam negeri ini.Â
Begitu banyak sumber daya alam yang telah dikuras pasca negeri ini merdeka. Harusnya bangsa ini sudah mandiri dan mampu menciptakan kesejahteraan terhadap seluruh penduduknya. Namun faktanya, kemiskinan masih ada dimana-mana, bahan pokok masih banyak yang diimpor dan utang negara semakin menggunung. Memang, Â ada kemajuan dalam pembangunan, tetapi nilainya sangat tidak sebanding dengan kekayaan alam yang telah dikuras dari negeri ini.
Kemanakah larinya kekayaan alam yang telah dikuras dari negeri ini?