Mohon tunggu...
Subulu salam
Subulu salam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia

Ibadah, Menulis, Bercerita, Foto

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena Politik Instan, Mengukur Popularitas dan Elektabilitas Sesaat

26 Desember 2023   21:41 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bentar lagi, Indonesia merayakan pesta demokrasinya, sudah genap 5 tahun waktunya menyeleksi kepala negara. Seleksi seharusnya berjalan apa adanya, transparansi tanpa direncanakan, seleksi juga seharusnya sesuai hitungan suara. 

5 tahun bergilir, silih-berganti tampuk kepemimpinan, juga dengan berganti kebijakan, layaknya konsep nasikh-mansukh pada Al-Qur’an, berganti sesuai keadaan kondisi, bedanya, visi-misi bagus yang belum terlaksana saat kampanye tidak dapat ditagih kembali ketika turun atau tergantikan.

Kesakralan Presiden

Presiden bukan hanya diilhami sebagai titel, melainkan tanggung jawab yang sudah seharusnya akan membawahi seluruh masyarakat, menjadi wajah masyarakat yang artinya baik buruk yang menimpa masyarakat tanggung jawab seorang presiden.

Tulisan ini bukan dibuat untuk menyudutkan pada salah satu pihak, murni gejolak yang muncul begitu saja, seperti kenapa bisa jadi gini? Mulai membahas dari judul, fenomena berarti fakta, juga bisa berarti kenyataan. Fenomena politik instan, berarti memang ada. Sebelum lanjut, baiknya kita mengulas proses terpilihnya kepala negara sebelumnya.

Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia, Presiden Indonesia pertama yang pemilihannya dilakukan secara aklamasi di rapat Panitia Kemerdekaan Indonesia sehari setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya 18 Agustus 1945. Pemilihan diawali dari usulan Oto Iskandardinata, prosesi yang sederhana tanpa ada perayaan, tempo cepat dan tanpa ada protes dari para tokoh, tidak ada yang berebut, semua sepakat berada di bawah kepemimpinan Soekarno kala itu. 

Hal ini bukan tanpa sebab, banyak alasan dipilihnya soekarno, perjuangannya banyak diceritakan terutama pada buku-buku pelajaran sekolah. Meminjam ramalan terkenal Jayabaya raja kediri, yang menyebutkan Satrio Kinunjuro Murwo Kuncoro yang menyerempet mirip dengan Soekarno, Kinunjuro berarti penjara, pemimpin yang akrab dengan penjara dan Murwo Kuncoro sangat terkenal di jagat raya, Soekarno yang langsung berkiprah di dunia Internasional.

Kemudian, Soeharto, The Smiling General atau Bapak pembangunan. Di awal proses pengangkatan Soeharto menjadi Presiden diangkat melalui pemilihan langsung oleh MPRS, karena yang saat itu Soeharto sebagai pemegang mandat jabatan presiden menggantikan Soekarno yang pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR hingga terbentuk MPR hasil dari pemilu, dan selama pemilu-pemilu selanjutnya tetap dipilihnya Soeharto karena mayoritasnya fraksi Golkar yang ada di dalam MPR. 

Awal mula diangkatnya Soeharto juga bukan serta merta, melainkan prestasi yang dilakukan Soeharto sebelumnya, mampu menstabilkan gejolak dengan membubarkan PKI yang menjadi dalang, dan seorang patriot yang hidupnya mengabdi pada bangsa, sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Belanda dan Jepang dan sering terlibat dalam peristiwa penting korps angkatan bersenjata, kenyang sana-sini, jika boleh lagi meminjam ramalan Jayabaya, Soeharto mirip dengan Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar yang berarti pemimpin yang berharta dunia, mukti,  juga berwibawa/ditakuti atau wibowo, namun akan mengalami suatu keadaan yang selalu dipermasalahkan dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan atau kesalahan, kesandung kesampar.

Selanjutnya, B.J. Habibie, banyak kisah penuturan yang menyebut Habibie adalah seorang yang cerdas, professor, sekaligus penemu, sesuai dengan julukannya Bapak Teknologi. Proses dari pengangkatan Habibie menjadi presiden adalah dengan turunnya Soeharto dari presiden, dan yang saat itu bertugas sebagai wakil presiden adalah Habibie, maka dengan keputusan MPR Habibie naik menjadi presiden. 

Pengalamanya saat berkarir sebelum menjadi presiden, habibie yang mumpuni di bidang teknologi menjadikannya dilantik menjadi menteri riset dan teknologi antara 1978-1998. Tak ketinggalan juga Satrio Jinumput Sumela Atur ditafsirkan sebagai B.J. Habibie, pemimpin yang diangkat, jinumput. Akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja, sumela atur.

Setelahnya, K.H. Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan sapaan Gus Dur, ia dilantik oleh MPR melalui pemilu tahun 1999 yang dipercepat hasil tuntutan dari permintaan masyarakat, pemilu bukan lagi sederhana, bukan lagi dimiliki satu poros, satu fraksi, pemilu 1999, adalah mulainya awal kontestasi pemilu, sebanyak 48 partai bersaing merebut suara di dalam MPR, Gus Dur adalah underdog, tidak disangka tapi menang pemilu, pendiri PKB dan cucu pendiri NU mungkin menjadi kartu AS Gus Dur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun