Mohon tunggu...
Subulu salam
Subulu salam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia

Ibadah, Menulis, Bercerita, Foto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manusia Malaikat itu Benar Adanya

11 Agustus 2023   10:08 Diperbarui: 11 Agustus 2023   10:09 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malaikat selalu diidentifikasikan tentang kebaikan, luhur budi, dan selalu patuh atas perintah tuhanya. Bukan manusia berwujud malaikat, melainkan manusia berhati malaikat. Seperti halnya kisah-kisah pada judul buku sejarah, buku motivasi kehidupan seseorang yang di dalamnya penuh moral dan hikmah yang dapat diambil bagi pembacanya, tulisan ini juga demikian.  Bagaimana kita melihat dari sisi pandang yang lain, belajar kembali untuk bersyukur, dan belajar untuk membiasakannya. 

Bersedekah tanpa pikir panjang

Waktu itu di hari Jum'at tepat 3 jam sebelum adzan untuk shalat jum'at dikumandangkan, aku mendengarkan percakapan lewat hp antara seorang istri dan suaminya, nama laki-laki di kisah ini adalah Fulan dan perempuannya bernama Fulanah, nama samaran, agar yang mengingat nama aslinya hanya penghuni langit saja, sesuai dengan catatannya. Percakapan terdengar jelas di telingaku, aku mendengarnya sambil makan kudapan dari masakan Fulanah, dan kebetulan dia adalah tanteku sendiri. "Iya ini mau pesen olive dulu 30, tadi juga udah pesen di tetangga jumlah 50" jelas Fulanah pada suaminya di telepon. Aku yang sedang sembari makan, tersentak dalam hati, kagum, dan terlintas "enak e bersedekah tanpa pikir-pikir dulu", dan memang seharusnya demikian, ikhlas. Fulanah rutin bersedekah sebanyak jumlah 30, nasi paha bawah olive setiap jumat. Masyarakat Yogyakarta bisa langsung membuktikan selain juga niat untuk sholat Jumat di Masjid samping SMA Mutu.

Jika aku yang mungkin ada di posisi saat itu sekarang dengan keadaanku sekarang, pasti sudah jelas dengan perhitungan ini dan itu-nya, segala jenis kalkulator aku gunakan, berbeda dengan Fulanah, tanpa pikir panjang, jumlah yang sama setiap pekanya, sampai aku berpikir "kira-kira berapa saldo di atm yang dimiliki tanteku ini". Dalam ceramah juga pernah disampaikan, biasakan dalam bersedekah, karena pembiasan perlu latihan, tidak perlu dalam nominal yang besar, melatih diri untuk rutin terlebih dahulu, juga sering kita dengar sesungguhnya jika kita bersedekah kita tidak akan pernah merasa kekurangan.

Tuhan dengan segala KeadilanNYA

Tuhan memang Maha Adil, Maha Bijaksana, yang mungkin saja setiap keluarga besar ada sosok yang membantu ekonomi keluarga besar, dari pakde sampai yang terkecil hingga paklik pasti ada salah satu dari keluarga yang ekonominya dapat menjadi bantuan bagi keluarga lainya. Hal ini juga dialami di keluarga besarku, dan sosok tersebut adalah  Fulan dan Fulanah. Sejak pasangan ini menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki hingga sekarang, mungkin sudah tak terhitung lagi nominal yang sudah keluarga ini keluarkan untuk membantu meringankan biaya sekolah keponakan, melepas beban hutang di bank, atau hanya sekedar biaya di keseharian. Aku yang saat ini satu atap bersama keluarga pasangan ini, karena proses studi di Yogyakarta, tentu saja mendengar dan melihat secara langsung, selain itu juga sebagai bahan obrolan terkadang tanteku menceritakannya padaku, dan tentu aku sangat antusias menyimak dari ceritanya.

Begitu banyak pelajaran moral yang aku dapat secara langsung dari Fulan dan Fulanah, sikap bagaimana mendengarkan curhatan, sebagai tambahan informasi saja, karena terlalu baiknya keluarga ini, berita akan kedermawanannya terdengar bukan hanya sebatas keluarga, kedermawanannya meluas hingga teman, saudara, tetangga bahkan juga orang yang hanya bertemu satu-dua kali terkadang juga menemui keluarga Fulan dan Fulanah. Celetuk dari Fulan kepada istrinya "buk. apa bikin jasa konsultasi aja ya enaknya", cerita Fulanah kepadaku sambil tersenyum ketika mengingatnya, karena memang benar pesan whatsapp dari kedua pasangan ini penuh dengan pertanyaan konsultasi, terutama masalah ekonomi.  

Kami keluarga besar yang sudah terlalu banyak dibantu, merasa sulit untuk membalas budi keluarga ini. Karena memang pedoman dari pasangan ini selama bisa membantu, akan tetap membantu. Tulisan ini bukan sebagai ajang pamer, tetapi juga salah satu sebagai wujud terima kasihku pada pelajaran moral yang begitu berharga pada seluruh keluarga di luar sana yang menjadi tumpuan ekonomi pada setiap keluarga besarnya, hal ini juga sebagai bentuk aku mengamalkan dari apa yang disampaikan tuhan 'Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan'. Tuhan memang Maha Adil. Sehat dan selalu dilancarkan rezekinya kepada keluarga yang juga menjadi konsultan ekonomi di keluarga besarnya, teman, kolega, dan tetangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun