Mohon tunggu...
Subki RAZ
Subki RAZ Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang Blogger yang sehari-hari ngajar anak bangsa menjadi anak yang cinta fisika dan teknologi . Teknologi yang membawa manfaat bukan mudarat. Cerita sekolahnya mirip Laskar Pelangi. Sekolah dari NOL hingga melek internet. Senang menyimak berita Politik, pendidikan, dan teknologi. \r\n\r\nblog: www.subkioke.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wajah Negeriku Kok Begini Ya?

23 Oktober 2012   15:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:28 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_219530" align="aligncenter" width="465" caption="aksi anarkis massa (sumber: www.mediaindonesia.com)"][/caption] Semakin hari kita akan tercengang menyaksikan berita tentang Negeri Indonesia melalui media TV dan Online. Tidak putus-putusnya kita menyaksikan berita tentang Korupsi yang semakin merajalela, perampokan yang semakin membabi buta dengan sadis membunuh korbannya, tawuran massal para pelajar dan mahasiswa, hingga aksi anarkis massa membunuh orang yang "tertuduh" menculik anak kecil di Lombok hanya gara-gara beredar isu SMS berantai yang belum jelas faktanya. Memang kita patut berbangga -kalaupun benar nantinya- akan ramalan Chaerul Tanjung dan Mc Kinskey tentang ramalan kemajuan Indonesia. Seperti yang ditulis oleh Handarbeni di Kompasiana ini, bahwa nanti pada tahun 2020 (menurut Chaerul Tanjung) dan pada tahun 2030 (menurut Mc Kinskey), Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi nomor 7 terbesar di dunia. Rupanya pemerintah pun dininabobokkkan oleh ramalan yang membumbung tinggi itu. Seolah-olah ramalan itu sudah terwujud adanya. Padahal fakta dari dinamika masyarakat yang ada saat ini bisa berkata lain. Banyaknya kasus kriminalitas seperti perampokan, korupsi, tawuran massa, aksi anarkis, terorisme, pembunuhan, semuanya ini sebenarnya menjadi indikator yang kuat bahwa masyarakat kita masih belum berperadapan secara manusiawi sehingga lebih banyak menggunakan "hukum rimba" ketimbang hukum negara. Hal itu juga menandakan bahwa kasus-kasus itu muncul sebagai akibat masih rendahnya taraf ekonomi masyarakat. Sehingga "manusia tega makan manusia lain". Kita prihatin, angka pembunuhan di Indonesia sangat tinggi. padahal menurut agama, membunuh orang adalah dosa besar. Sampai kapankah nyawa manusia Indonesia dihargai sama dengan nyawa nyamuk? Sampai kapankah berita pembunuhan hilang dari berita utama di Indonesia? Kita Rindu Negara yang Damai Tentu saja semua kita sudah bosan melihat kondisi Indonesia yang kacau dan berantakan seperti kasus-kasus di atas. Kita semua tentu sangat merindukan sebuah negara yang aman, tenteram, harmonis, tidak ada pembunuhan, penuh kasih sayang, maju, disiplin, dan damai dalam segala halnya. Agama mengajarkan kepada kita untuk saling mencintai, saling menghormati, saling membantu, saling berkasih sayang, saling asuh, dan segala amal baik lainnya. Pula agama mengajarkan kita untuk tidak melakukan tindakan kemungkaran. [caption id="attachment_219545" align="aligncenter" width="593" caption="Kita Butuh Kedamaian seperti Taman Bunga ini (gambar: www.ibnujafar86.wordpress.om)"]

1351006286520933173
1351006286520933173
[/caption]

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. " [QS. AL MAIDAH: 2] Masyarakat kita sebenarnya sudah bosan diadu domba oleh kepentingan jabatan dan politik sesaat. Masyarakat kita sangat merindukan pemimpin yang "apa adanya" dan "mau mendengar rakyatnya". Lihat saja bagaimana sosok Jokowi, karena kesederhanaan dan kemauan beliau untuk maju akhirnya dia bisa menang karena memang rakyat merindukan pemimpin seperti style beliau. Lihat pula bagaimana masyarakat mendukung aksi-aksi "cerdas" Dahlan Iskan. Karena ide beliaulah akhirnya PLN bisa bernafas dari cercaan masyarakat. Dan kini rakyatpun bisa menikmati aliran listrik PLN dengan cepat, padahal dulunya harus mengantri hingga 5 tahun baru memiliki KWh meter. Semoga kita dijauhkan dari sifat saling hasut, saling bunuh, saling dengki, saling benci. Mari kita tanamkan niat untuk berbuat baik setiap hari. Mari kita bijak dalam memilih pemimpin yang bisa menjamin kesejateraan rakyatnya dan melindungi keamanan dan nyawa rakyatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun