[caption id="attachment_189837" align="aligncenter" width="584" caption="Ilustrasi siswa kesurupan (foto: www.foto.detik.com)"][/caption] Kesurupan biasanya datang tiba-tiba Suasana lingkungan sekolah yang sepi dan tertib, tiba-tiba saja dipecahkan oleh suara murid-muridku di Kelas X-C yang tiba-tiba meraung-raung dan menjerit-jerit. Rupanya ada 3 orang siswi yang mendadak Kesurupan seperti orang gila. Sontak saja seluruh kelas yang lain merasa terusik dengan suara itu. Para guru dan murid pun berhamburan untuk melihat dari dekat ketiga siswa tersebut. Rupanya ketika sedang belajar, salah seorang siswi tiba-tiba menjerit histeris dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. Dua orang siswi di dekatnya pun juga tiba-tiba tertular atau seperti mengalami induksi elektromagnetik saja. Apakah memang ada sebab-musabab atau ada gaya tarik imajiner atau ada faktor-X diantara mereka bertiga? Masih misteri. Peristiwa seperti ini juga saya rasakan sangat aneh. Pernah beberapa bulan yang lalu, 2 orang siswi kelas XII yang kelasnya berhadapan dengan Pohon Beringin, juga tiba-tiba seperti kerasukan Jin. Di salah satu SMA di lain kecamatan juga pernah heboh karena banyaknya siswa mereka yang tiba-tiba kesurupan massal. Hingga kejadian itu pernah masuk tayangan khusus pada acara UKA-UKA di TRANS TV saat itu. Tak kalah dahsyatnya, di TV juga seringkali ditayangkan banyaknya siswa di berbagai sekolah di Indonesia dilanda kesurupan. Memang aneh juga, di saat Teknologi Informasi demikian maju dengan pesatnya, masih banyak terjadi peristiwa di luar nalar terjadi. Kira-kira apa sebab-musababnya? Mari kita bahas kemungkinan penyebabnya. Apa Kemungkinan Penyebab Kesurupan Sering Terjadi di Sekolah?
Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
(1). Ada makhluk halus seperti Jin yang ada di sekitar sekolah yang merasa "terganggu". Biasanya pohon beringin paling mudah berisi makhluk halus ini. Ketika pohon itu ditebang, maka rumah mereka otomatis rusak, dan mereka pun marah dan akibatnya Jin itu akan memasuki tubuh siapa saja yang didekatnya (biasanya perempuan yang lemah kondisi tubuhnya).
(2). Bangunan Sekolah-sekolah Tua seperti peninggalan Belanda dan Jepang, konon juga senang untuk ditempat makhluk halus ini. Karena biasanya, model bangunanan agak angker dan tertutup seperti benteng. Perhatikan saja model bangunan lama peninggalan penjajah itu. Ini juga kerapkali menjadi penyebab siswa sering menjadi korban karena "dihuni" oleh makhluk halus tersebut.
(3). Kesurupan biasanya terjadi pada siswa yang mengalami "Broken Home".
Menurut Wikipedia.org, "Broken home is a term used to describe a household, usually in reference to parenting, in which the family unit does not properly function according to accepted societal norms. This household might suffer from domestic violence, a dissolved marriage, drug abuse, or anything else that interferes with the upbringing of children." Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah rumah tangga, biasanya mengacu pada orang tua , dimana unit keluarga tidak berfungsi dengan benar sesuai dengan norma-norma sosial diterima. Rumah tangga ini mungkin menderita kekerasan dalam rumah tangga , sebuah perkawinan dibubarkan , penyalahgunaan narkoba , atau hal lain yang mengganggu pendidikan anak-anak. Untuk kasus di sekolah kami, dari penuturan teman sekelas siswa yang kesurupan itu, memang termasuk "broken home". Kedua orang tuanya sudah tidak ada bersamanya. Dia tinggal bersama sang nenek. Jadilah anak itu sering mengalami gangguan jiwa dan kesurupan secara tiba-tiba sejak di bangku SMP. Tambahanjuga, menurut data pribadi siswa dan hasil konseling di BP/BK, memang banyak siswa yang mengalami "broken home" ini. Kedua orang tua mereka banyak yang bercerai (bahkan ketika mereka masih bayi) dan orang tua mereka pun sudah tidak memberikan kasih sayang lagi, karena keduanya sudah berlainan tempat. Terkadang sang ayah ada di Malaysia dan sang Ibu ada di Arab Saudi. Maka nenek merekalah yang terpaksa menjadi "orang tua" pengasuh mereka. Kasus lain adalah, kedua orang tua mereka sering kawin-cerai. Kebiasaan kawin-cerai di Lombok termasuk sudah memprihatikan. Betapa tidak, kasusnya sudah menggelembung dan seolah membudaya. Menurut Izzuddin (Ketua Pengadilan Agama Selong, "Di Bali dan NTB, Lombok Timur menduduki peringkat pertama jumlah kasus ini dibandingkan kabupaten/kota lainnya." (www.gomong.com , 1/7/2010). Rupanya ada kesalahan penafsiran kepada kebolehan laki-laki untuk beristri empat sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi kita yang maksum Muhammad SAW. Padahal laki-laki yang beristri banyak itu belum mampu dan mapan secara ekonomi dan pemahaman agama. Efek berantainya adalah anak yang menjadi korban. Anak tidak mendapatkan kasih-sayang yang cukup. Pendidikan dan kesehatan anak juga sangat terhambat. Maka lahirlah angka drop out yang tinggi dan bahkan mengarah ke kenakalan remaja. Dan tidak sedikit yang terlibat bujuk rayu pengedar Narkoba. Kembali ke masalah kesurupan yang melanda sekolah tadi, khususnya faktor ketiga perlu perhatian khusus dari berbagai pihak. Diantaranya:
(1) sekolah (Guru BP/BK) harus proaktif mengadakan penyuluhan, bimbingan, dan kunjungan rumah kepada siswa bermasalah;
(2) pihak desa atau kecamatan perlu lebih serius mengurus atau mendata secara riil kondisi ekonomi warganya untuk segera mendapatkan bantuan dari pemerintah;
(3) pihak kabupaten dan propinsi (Bupati dan Gubernur) perlu usaha yang serius untuk menanggulangi angka "broken home" di masyarakat. Bantuan sosial berupa kebutuhan pangan, sandang, dan papan menjadi tanggung jawab pemerintah (ulil amri) yang telah dipercaya oleh rakyatnya. Untuk faktor pertama dan kedua, mungkin diperlukan "orang pintar" yang mengurusnya agar sesama makhluk Tuhan tidak saling mengganggu. Wallohu 'alam bis showab Salam Blogger Lombok Mr. Q
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H