[caption id="attachment_177965" align="aligncenter" width="136" caption="Jam Karet"][/caption] Pagi hari tadi langit begitu cerah dan udara begitu sejuk. Setelah seharian hujan, kemudian menjadi begitu cerah membuat semangat saya menjadi segar seperti segarnya udara di pagi itu. Langit begitu membiru tanpa ada lukisan awan di atasnya. Biasanya di musim hujan begini membuat lazuardi selalu diselimuti awan hitam tebal. Itu pertanda hujan akan turun. Karena selama seminggu ini hujan terus mengalir di Bumi Lombok yang indah, suatu pertanda bahwa rahmat Alloh begitu besar. Walaupun masih ada sebagian orang yang mengumpat atau jengkel kalau turun hujan. Mungkin saja mereka tidak menghendakinya. Tepat pukul 08.00 wita, saya berangkat menuju Kampus LPWN Hamzanwadi Pancor. Sebuah kampus favorit untuk belajar komputer di kota Selong Lombok Timur. Saya menghadiri undangan Panitia Yudisium LPWN itu. Selaku dosen luar biasa di sini, tentu saya menghormati undangan ini. Saya lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.30. Tidak ada tanda-tanda acara akan dimulai. Alasan panitia, masih menunggu Bapak Direktur. Setelah satu jam menunggu, barulah sang direktur datang dan acara baru dimulai. Mungkin sudah sering kita mendengar istilah "jam karet". Ya, bukan jam yang terbuat dari karet. Tetapi suatu istilah yang muncul entah dari mana dan siapa yang memulai. Istilah ini memang cocok untuk menggambarkan sifat karet yang memiliki sifat "elastis". Bahkan menentukan konstanta elastisitas karet ini sering saya lakukan dalam praktik fisika pada siswa saya di Kelas IPA. Elastis artinya: bisa memanjang bisa memendek. Tetapi kalau istilah jam karet ini, seharusnya tidak muncul dan dipakai lagi. Karena istilah ini menunjukkan kepada diri kita sendiri bahwa kita belum bisa menghargai waktu. Sehingga dalam segala moment dan event, masalah ketidakdisiplinan dan keterlambatan kita anggap biasa saja. Belajar Disiplin dari Orang Jepang Saya pernah mengikuti suatu tes yang diadakan oleh Konsulat Kedutaan Besar Jepang di Surabaya. Satu jam sebelum tes, kita harus berada di lokasi tes. Tepat pukul 15.00 wita di Denpasar, tes langsung dimulai tanpa ada maju mundur waktu, karena pengawas ruang yang asli Jepang sudah berada di depan kelas, dan semua peserta sudah duduk siap di ruangan dan meja masing-masing. Ketika tes harus berakhir pukul 17.00, tes harus diakhiri. Tidak boleh ada tulis menulis lagi. Pengawas tes langsung mengambil seluruh lembar jawaban tanpa ada kompromi perpanjangan waktu lagi. Dalam hati pun saya salut. Karena sudah seharusnyalah kita belajar disiplin sejak dini. Kita mulai dari diri sendiri dan hari ini juga. Pentingnya Waktu Waktu begitu berharga bagi kita. Waktu tidak akan pernah kembali. Waktu ini adalah besaran skalar, artinya suatu nilai yang tidak bisa dibolak-balik dan bergerak hanya satu arah yaitu ke depan saja. Berbeda dengan kecepatan mobil, yang arahnya bisa ke depan (bernilai positif) atau bisa ke belakang (bernilai negatif). Tetapi Waktu tidak bisa diputar mundur. Kita tidak akan pernah bisa kembali ke umur saat kita masih SD atau masih TK. Tidak tidak akan pernah bisa membatalkan kejadian yang sudah terjadi. Tetapi hanya bisa menatap masa depan dan hanya bisa melakukan refleksi dari masa lampau. Alloh SWT memberitahukan kita akan pentingnya waktu ini,
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3) Jangan Sia-siakan Waktu Oleh karena waktu merupakan hal yang sangat penting dan amat berharga dalam kehidupan manusia, maka janganlah kita menyia-nyiakan waktu jika tidak ingin menjadi orang yang merugi. Sebagai orang beriman, hendaknya kita isi waktu dengan senantiasa beribadah kepada Allah. Janganlah membuang-buang waktu, karena sekali waktu berlalu, dia tidak akan pernah kembali lagi. Ingatlah pesan Nabi Muhammad saw: “Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang musafir atau bahkan seperti seorang pengembara. Apabila engkau telah memasuki waktu sore, janganlah menanti datangnya waktu pagi. Dan apabila engkau telah memasuki waktu pagi, janganlah menanti datangnya waktu sore. Ambillah waktu sehatmu (untuk bekal) waktu sakitmu, dan hidupmu untuk (bekal) matimu.” (H.R. Bukhari).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H