Anak itu akhirnya dibawa oleh ayahnya ke kampung asal ayahnya, terpisah jauh dari ibunya. Anak kecil itu polos tidak tahu menahu apa yang terjadi. Dia hanya meraung-raung menangis karena tidak ingin berpisah dengan ibu kandungnya itu. Tapi tenaga anak kecil itu tak kuasa melawan tangan raksasa sang ayah yang tinggi besar laksana raksasa yang sedang marah.
Tetapi, Alloh memang masih sayang terhadap setiap hamba-Nya. Tak satu pun hamba-Nya di sia-siakan. Anak kecil itu akhirnya diasuh oleh Ibu tirinya yang sangat baik hati, lembut, penuh perasaan, dan memberikan sepenuh cintanya kepada anak kecil yang hampir saja tubuhnya dibelah dua itu. Ibu tirinya itu hanya punya satu orang anak tetapi sudah meninggal dunia karena sakit. Dan tentu saja, dia sangat senang dibawakan seorang anak kecil yang sedang lucu dan cerdas itu. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, sang ibu tiri membesarkan anak itu hingga masuk sekolah dasar. Tak pernah sekalipun dia memarahi anak itu. Sehingga berkembanglah cerita di kampung, ada ibu tiri yang sangat sayang kepada anaknya. Karena tidak seperti lazimnya ibu tiri yang selalu dicap kejam. Tetapi ibu tiri yang satu itu laksana dikirim malaikat sebagai embun penyejuk untuk mengubah takdir sang anak, yang seharusnya sudah mati terbelah dua.
Semasa Sekolah Dasar (SD), anak itu selalu diberikan perhatian penuh oleh ibu tirinya. Pergi ke sekolah selalu diantar, uang jajan selalu diberikan, dan jika sakit, perhatian semakin penuh diberikan. Sehingga pantas, anak itu sering menjadi juara satu di kelasnya sejak kelas 1 hingga kelas 6.
Keinginan anak kecil itu untuk bersekolah luar biasa. Atas bantuan dan arahan dari kakak-kakaknya (yang berlainan ibu) akhirnya anak itu bisa masuk ke sekolah SMP dan SMA favorit di kabupaten dan propinsi NTB.
Sang ibu tiri itu selalu memberikan apa saja yang diminta oleh anak tirinya. Kasih sayangnya begitu tulus dan mendalam.
Dua puluh lima tahun kemudian, anak asuhnya menuju pelaminan. Betapa bahagia sang ibu tiri itu. Di bawah asuhan dan belaian kasih sayangnya akhirnya bisa mengantarkan anak tirinya bisa menjadi orang sukses. Dan akhir cerita, sang anak itu memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Sang ibu tiri telah menjadi nenek dan menghabiskan masa tuanya bersama cucu-cucu tercinta. Sementara ibu kandung (nenek kandung) masih sering menjenguk anak dan cucu-cucunya. Jadilah sang anak itu mendapatkan 1 cinta yang sama dari 2 ibu. Cinta dari ibu kandung yang sudah lama terpendam atas dasar pertalian darah, dan cinta dari ibu tiri yang memberikan cintanya atas dasar kemanusiaan sejati.
Ketika Ajal Harus Menjemput
Ada kelahiran ada kematian. Jika ajal sudah menjemput, tak satu pun yang bisa memajukan atau memundurkannya. Sang ibu tiri yang sangat baik hati, akhirnya meninggal dunia dengan tenang menghadap ilahi robbi. Namun sebelumnya, ibu kandung anak itu juga telah memaafkan semua kesalahan ibu tiri anak itu. Sehingga sang ibu tiri wafat menghadap Robbnya dengan tenang. Inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun.
***
Anak kecil itu adalah aku. Ibu tiri itu adalah inaq syarifah, ibu tiriku yang telah mengasihi aku. Tetapi, ayahku telah wafat 13 tahun yang lalu dan ibu tiriku itu sudah wafat 40 hari yang lalu. Aku mengetahui ibu kandungku setelah berumur 7 tahun.
Selamat jalan ibu tiriku tercinta. Cintaku takkan pernah hilang sebagaimana yang telah engkau ajarkan melalui dekapanmu. Kau adalah pahlawan dalam hidupku.
Ibu kandungku, kau adalah sosok pahlawan sejati. Kau telah mengandungku dengan susah payah selama 9 bulan, dan kau relakan aku jauh darimu demi nyawa dan takdirku. Kini aku masih bisa melihat senyummu.