Mohon tunggu...
Subiharto (Bejo)
Subiharto (Bejo) Mohon Tunggu... -

Aku akrab disapa Bejo. Tapi, aku tetap saja Aku. Aku bukan kamu, begitu pula sebaliknya. Aku hanya seorang manusia yang sedang belajar "memahami hidup" dan yang Aku mulai dari mencari tahu "tentang kehidupan." Mencoba menata barisan huruf menjadi kata, kalimat, paragraf, dan hingga bisa disebut tulisan (opini, essai, dll) aku jadikan bagian hidupku menjalani kehidupan ini. Kiranya, itulah Aku.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pitulasan Kampoengku

17 Oktober 2011   01:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini malam terakhir. Malam Minggu, 20 Agustus 2011. Dimana malam ini kami jadikan malam resepsi penyerahan hadiah alakadarnya untuk pemenang lima belas lomba yang digalar sejak 7 Agustus 2011 yang lalu. Dengan hiburan organ tunggal dan biduan lokal menyatukan keceriaan warga disalah satu sudut RT kami. Dengan semangat kebersamaan, awalanya beberapa thomas (tokoh masyarakat) urun rembug (diskusi) dan berbuah pengadaan lomba tujuhbelasan. Kesepakatan disertai iuran lima puluh ribu dari beberapa panitia dan thomas, serta menerima sumbangan seikhlasnya dari warga yang lain, akhirnya terkumpul kurang lebih dua juta. Pengalokasian anggaran pun mengalir. Tiap nongkrong di rondan (pos ronda), kami ngomong-ngomong tentang hal ini. Tanpa undangan, tanpa persiapan, seolah semua sudah mengalir dan pembicaraanpun mengalir tentang apa saja kegiatan untuk turut memperingati hari kemerdekaan RI ke 66 ini. Semua serba dadakan. Dengan bekal pengalaman tahun lalu, kami berupaya membuat sesuatu yang berbeda, setidaknya lebih tertata rapi ketimbang yang dulu. Alhasil dari tongkrongan, lomba pun siap digelar. Sebenarnya, lomba yang digelar adalah lomba yang sudah umum. Hanya saja saya dan rekan panitia yang lain membuatnya tidak umum karena dari sekitar desa saya, bahkan kelurahan saya pun tak ada yang merayakan hari kemerdekaan ini. Ada 15 lomba yang siap kami gelar. Uniknya mayoritas pesertanya adalah untuk anak-anak dan ibu-ibu. Hanya dua lomba untuk bapak-bapak, yaitu lomba sepak bola mengenakan sarung dan lomba lari Marathon 5 km. Jalannya lomba, bagi saya cukup lancar. Saya melihat tak ada sekat antar warga. Istilah pamong, kaum priyayi, warga biasa, tidak berlaku. Mereka menyatu penuh keceriaan. Menjadi tontonan gratis, menjelang buka puasa buat kami. Ngabuburit bawa rejeki, pokoknya. Balapan Hula Hop misalnya. Dalam lomba ini, penonton disuguhi goyangan ibu-ibu yang tak kalah dengan goyang patah-patah ala Olga Saputra. Tawa lepas peserta layaknya tawa Nunung Srimulat yang terpingkal-pingkal hingga ngompol saat di panggung OVJ. Hal ini membuat saya tak bisa menahan tawa. Perut hingga kaku melihat polah ibu-ibu yang mimiknya tertawa lepas. Saat balapan Hula Hop berlangsung, ada yang konyol. Dia istri dari seorang panitia yang kebetulan guru. Ia ikut lomba Hula Hop ini. Meski tak pandai, ia tetap maju. Pas lomba berlangsung, yang lain balapan dengan memutar rotan dipinggulnya, ia pun ikut memutar rotan dipinggulnya dan hanya jalan sedikit rotan Hula Hopnya jatuh. Dia pun memasangnya kembali dan berusaha maju. Berhubung kemungkinan kecil untuk bisa mengejar yang sudah didepan, dia putuskan menunggu peserta yang lain balik ke finish—start awal. Saat menunggu lawannya balik, dia melambaikan tangan dan bilang, “Ayo… ayo… tak enteni,” sambil tetap memainkan Hula Hopnya dan tak henti dari tawa ngakaknya. Ada lagi yang tak kalah seru. Sundul Jun Ibu-ibu. Dalam lomba ini peserta memakai tongkat untuk menyundul jun namun dengan ditutup matanya. Penonton hanya boleh memberi aba-aba mengarahkan dari luar arena. Sebelum perserta mulai jalan mendekati Jun, peserta lomba ini diputer-puter dulu dalam keadaan mata tertutup. Start dimulai dari jarak kurang lebih 10 meter dari Jun yang digantung di atas dan siap untuk di sundul. Jun itu berisi air yang sudah diwarnai dengan pewarna makanan. Jadi ketika Jun tersundul, Ibu yang menyundulnya pun akan basah. Kejadian-kejadian konyol pun tak terhindarkan. Ada yang tabrakan. Ada yang jalannya membelakangi Jun yang tergantung, jadi bukannya mendekat, yang ada malah menjauh. Penonton tua-muda, anak-anak pun tak henti-hentinya tertawa. Lomba anak-anak pun tak kalah meriah. Saya selaku panitia menjunjung tinggi sportifitas. Peserta yang lebih besar, bukan jaminan dia akan menang. Buktinya, Hula Hop juaranya diperoleh anak yang baru kelas 2 SD dari lawan yang sebagian kelas 4 hingga 6 SD. Begitu juga balap karung. Bahkan, lomba lari untuk orang dewasa yaitu Marathon 5 km, ada beberapa anak SD yang memaksakan diri ikut. Dia baru kelas 5 SD. Tak mau kalah dengan pemuda dan bapak-bapak. Dan akhirnya pun salah satunya mendapat juara 5 dari puluhan peserta yang ikut. Iming-iming hadiahnya tak seberapa. Untuk lomba Hula Hop, juara satu hanya mendapat 2 kg deterjen seharga lima ribuan plus pewangi dan sabun mandi senilai lima belas ribu rupiah. Untuk anak-anak, hadiahnya alat tulis senilai sepuluh ribu rupiah. Itu yang juara satu. Perbedaan dengan juara 2 dan 3 pun selisihnya biasa. Tak ada beban. Tak terlihat persaingan perebutan hadiah. Yang nampak menonjol adalah keceriaan. Seolah, mereka sepakat dengan sepenuh hati untuk memeriahkan ulang tahun negara ini. Malam resepsi kali ini pun dihadiri hampir sebagian besar warga. Alunan organ tunggal pun memancing ibu-ibu, muda-mudi, untuk menyumbangkan suara emasnya. Malah, ada persembahan tari juga. Termasuk breakdance oleh anak-anak SMP. Ini awal saya tahu kalau tetanggaku itu sebenarnya banyak yang berpontensi dibidang seni tari dan tarik suara. Kaget. Karena awalnya saya pikir mereka alergi panggung. Tapi, ternyata sebaliknya. Luar biasa. Ini ada beberapa foto hasil jepretan di malam resepsi, tadi. Berhubung memegang jabatan sie mondar-mandir, jadi tidak bisa ambil gambar secara maksimal.

Breakdance
Breakdance
Dan yang spesial, tapi saya suguhkan sepenggal. Dapatkan segera kaset dan CD-nya. Kalau sudah rekaman. Lihat saya koleksi video saya di FB. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun