Oleh Nazwa Altafunnisa, Renia Maelani, Intan Heldayani, Subhan Kamil Alansyah, Delia Rohmaningsih, Shelly Laila Safitri, Dwi Indah Suryani, M.Pd Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang, Banten - Biofuel telah dikenal luas sebagai alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan dianggap mampu mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang tidak terbarukan. Bahan bakar ini dihasilkan dari sumber-sumber organik seperti tanaman, alga, dan limbah biologis, menjadikannya salah satu solusi potensial dalam menghadapi masalah perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon. Selain manfaat lingkungannya, biofuel juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dengan menciptakan peluang kerja baru, terutama di sektor pertanian dan pengolahan limbah organik. Namun, meskipun memiliki berbagai keunggulan, produksi biofuel tidak sepenuhnya bebas dari tantangan. Proses pembuatan biofuel, khususnya bioetanol yang berasal dari fermentasi tanaman berkarbohidrat tinggi dan biodiesel yang diolah dari minyak nabati atau hewani, sering kali menghasilkan limbah cair. Limbah ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari sumber air, mengganggu ekosistem, dan menimbulkan masalah lingkungan lainnya. Selain itu, penggunaan lahan untuk bahan baku biofuel kadang menimbulkan dilema, seperti kompetisi dengan produksi pangan, deforestasi, dan degradasi tanah.
Dengan demikian, meskipun biofuel menawarkan manfaat besar, perlu adanya inovasi dalam teknologi produksi dan pengelolaan limbahnya untuk memastikan bahwa solusi ini benar-benar berkelanjutan dan tidak menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan. Di masa depan, pengembangan biofuel generasi kedua dan ketiga, yang menggunakan bahan baku non-pangan seperti limbah pertanian atau mikroalga, diharapkan mampu mengatasi permasalahan ini dan menjadikan biofuel sebagai solusi energi yang lebih optimal.
Produksi Biofuel: Peluang dan Tantangan
Proses produksi biofuel melibatkan fermentasi, transesterifikasi, dan reaksi kimia lainnya. Misalnya, bioetanol diproduksi dari fermentasi gula menggunakan mikroorganisme seperti ragi, sementara biodiesel dibuat dari minyak nabati melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol. Meskipun proses ini menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, limbah yang dihasilkan, seperti gliserol, sisa fermentasi, dan residu kimia, sering kali mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan benar.
Selain pengelolaan limbah biofuel melalui teknologi modern seperti bioremediasi dan pengolahan biologis, salah satu pendekatan yang semakin menarik perhatian adalah penggunaan karbon aktif sebagai media penjernih air. Karbon aktif, yang dapat dihasilkan dari bahan alami seperti arang batok kelapa, merupakan material dengan struktur pori-pori yang sangat halus dan  luas permukaan yang besar.
Biofuel telah diterapkan di berbagai bidang untuk mendukung transisi energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa penerapan utama biofuel:
1. Transportasi : Pengganti bensin dan solar serta bahan bakar penerbangan
2. Industri : proses produksi, biodesel digunakan untuk mendukung operasi mesin industri karena menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan solar konvensional
3. Pemanasan dan Pendinginan