Saya yakin ketika orang-orang melihat foto-foto narsis kita mendecakkan kagum 'wow keren', tetapi mereka tidak tahu bagaimana perjuangan kita menuju kesana, perjuangan mengikuti kompetisi lomba blog, perjuangan satu tahun menunggu hingga kami menyebutnya “bootcamp perjuangan”, dan banyak perjuangan lain, its mean, saya ingin menganalogikan perjalanan yang penuh narsis ini sebagai bentuk perjuangan, banyak dari kita yang ketika yang melihat orang sukses selalu terpana dengan kesuksesannya, tetapi mereka tidak tahu bagaimana perjuangan menuju kesana, ketingkat kesuksesan itu.Selalu ada cerita dibalik perjalanan, dan selalu ada narsis dibalik sebuah foto.
Antara Tano Kayangan Dan Antara KayanganBenete-Menerjang Selat Menjemput Impian
Bapak, saya izin dulu mau berangkata ke Mataram, besok hingga satu minggu kedepan saya akan ke Newmont,percakapan Sabtu pagi itu masi teringat jelas di benakku saat sang Fajar belum menampakkan sinarnya di langit kota Sumbawa Besar saat aku akan meninggalkan rumah menuju Mataram. Yah, aku begitu bersemangat sekali pagi itu untuk berangkat ke Mataram, karena awal dari impian yang telah aku tunggu selama satu tahun itu akan ku jemput. Di tulisan yang saya tulis Maret 2014 lalu aku telah menceritakan bagaimana perjuangan ku hingga bisa berkunjung ke Newmont (baca : .Gerbang Pelabuhan Poto Tano Sumbawa Barat seakan menyambut ku untuk menjemput impian itu. Kini kembali ku menyebrangi “Selat Alas” tetapi kini dengan tujuan “Pelabuhan Kayangan” Lombok Timur untuk menjemput impian.Minggu, 18 Januari saat langit kota Mataram masih merah merona dan sayup-sayup ayam memekah kehinangan pagi aku telah semangat sekali untuk bangun dan mengecek barang-barang yang akan aku bawa.
Langkah kaki membawaku ke Hotel Lombok Garden Mataram untuk bertemu dengan tiga rekan yang sehari sebelumnya sudah tiba di Lombok. Pertemuan pertama dengan tiga orang yang selama satu tahun ini hanya bertegur sapamelalui media sosial seakan memecah rindu pagi itu tentang arti Bootcamp Perjuanagan. Saya Subhan dan disambut dengan sapaan mereka Saya Dhanang dan Saya Fahmi awal dari perkenalan kami pagi itu. Tak ingin menunggu lama sebuah pesan masuk “Subhan saya tunggu di Loby hotel kita akan berangkat ke BIL” tertera nama Pak Fahri di pesan itu. Sehari sebelumnya Bu Jeeni telah memberitahhukan ke saya bahwa ada karyawan PT Newmont Nusa Tenggara yang akan menemani kita dalam perjalanan dari Lombok menuju Benete.
Bus terus melaju, dalam pikiran ku berkecamuk rasa ingin bertemu dengan rekan-rekan yang datang dari Jakarta. Tentu akan ada sebuah cerita di balik pertemuan dengan orang-orang yang nantinya akan menjadi bagian dan menjadi saudara setelah kegiatan ini usai. Setelah menunggu dua jam akhirnya rombongan mereka tiba. Kami mengawali pertemuan perdana itu dengan berfoto-foto narsis di depan Bnadara Internasioanl Lombok. Sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Benete sajian nasi balap puyung telah menanti kami untuk mengisi perut yang telah lapar.
Seusai makan siang bus kembali membawa kami ke Pelabuhan Kayangan Lombok Timur, sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami bercerita melepas rindu yang setahun menanti untuk kegiatan ini. Perjalanan dua jam akhirnya kami tiba di Pelabuhan Kayangan. Perjalanan ku kali ini berbedea. Sambil kutatap kapal ferry yang bersandar di dermaga sebelah, sambil merenung sudah bertahun-tahun jika aku ke Mataram naik kapal ferry itu tapi kini aku bearda di derrmaga pribadi milik PT Newmont Nusa Tenggara.
Ku pacu langkah menuju boat yang bernama “ Nusa Tenggara Satu” itu. Segala asa berkecamuk dalam pikiran. Tambang emas yang selama ini sudah lama mengeruk saripati intan bulaeng akan ku lihat dari jarak yang begitu dekat. Ini tentang impian, tetapi juga tentang perjalanan yang akan mengisahkan banyak hal. Boat Nusa Tenggara Satu melaju memekah ombak selat alas menuju pelabuhan bente di Sumbawa Barat. Ketika boat bersandar segala asa dalam pikiran terus berkecamuk dengan rasa penasaran. Tak butuh waktu lama kami di giring menuju sebuah ruangan untuk di jelaskan tentang segala peraturan yang akan kita ikuti selama berada di PT NNT. Sebuah kartu kecil yang bernama “bad” di berikan kepada kami sebagai “kartu wasiat” yang bisa kita gunakan untuk menikmati seluruh fasilitas yang ada di PT NNT.
Kini aku telah menjemput impian ke tempat terdekat yang di sebut “Mengenal Tambang Lebih Dekat”. Ini akan menjadi catatan perjalanan yang aku sebut sebagai bukan jalan-jalan biasa.Tetapi tentang bagaimana melihat secara langsung hal yang selama ini hanya kabar dan beritanya kita nikmati. .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H