Para Peserta Newmont Bootcamp Yang Dsambut Langsung Oleh Presiden Direktur PT NMR Bapak David Sompie dan Menjelaskan Tentang Proses Keberlanjutan Bagi Masayarakat Pascatambang (dok.Lalu Budi Karyadi Karayawan PT NNT )
If it can not be grown, it must be mined (Jikatidak bisa tumbuh, maka harus di tambang). Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata tambang ? terlebih itu adalah tambang emas. Sebagian dari kita pasti langsung menjawab pembabatan hutan,pencemaran air,pengerukan tanah dan sungai dan banyak hal negatif lain nya. Dan apakah benar hanya dampak negatif saja yang di tinggalakan dari sebuah proses pertambangan. Beberapa dari pertanyaan tersebut sempat terjawab ketika saya secara langsung melihat proses pertamabangan yang di lakukan di PT Newmont Nusa Tenggara ( NNT) pada kegiatan Sustainable Mining Bootcamp IV pada bulan Januari 2015 lalu. Saat berkunjung ke area pit dan melihat lubang raksasa tempat bahan mineral itu dikeruk, saya sempat berfikir kedepan nya lubang ini nantinya akan dijadikan apa. Pihak PT NNT memberikan penjelasan kepada kami bahwa rencana pentupan tambang sudah di tetapkan semenjak ada komitmen untuk membuka tambang. Salah satu dari perencanaan tersebut yaitu proses reklamasi . Menurut UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara disebutkan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Terlihat begitu jelas upaya reklamasi yang di lakukan PT NNT sejalan dengan proses pertambangan yang sedang dan masih di lakuakn hingga saat ini tampak terlihat hutan yang tumbuh lebat dengan pohon-pohon yang terus di tanam dan di pantau.
Proses Reklamasi Areal Tambang PT Newmont Minahasa Raya (dok.PT Newmont Minahasa Raya )
Tiga bulan setelah kunjungan ke PT Newmont Nusa Tenggara, saya kembali mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Newmont. Tetapi, kunjungan kali ini bukan ke PT NNT tetapi ke PT Newmont Minahasa Raya (NMR) di desa Ratatotok, Kec. Ratatotok, Kab. Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 8-11 April 2015 ini di ikuti oleh 6 orang alumni kegiatan Sustaianable Mining Bootcamp PT NNT masing-masing tiga orang dari Batch III dan 3 orang dari Batch IV. Dan di dampingi oleh dua karyawan PT NNT dari department Coorprote Coomunication yaitu bapak Burhanuddin dan bapak Lalu Budi Karyadi. Selama berada di kawasan yang masuk daerah lingkar tambang PT NMR kami berkesempatan untuk melihat bentuk pertanggung jawaban dan pola pengembangan masyarakat berkelanjutanPT NMR.
Para Peserta Newmont Bootcamp Tiba Di Banadara Manado Dan Siap Berkunjung Ke Eks PT NMR (d0k.Lalu Budi Karyadi-Karyawan PT NNT)
PT Newmont Minahasa Raya mengoperasikan tambang emasnya di Ratatotok dan Buyat sejak tahun 1996 dan berakhir pada tahun 2004. Jika dihitung sejak kontrak karya ditandatangani pada tahun 1986 hingga penyerahan hutan reklamasi pada tahun 2011 maka genaplah sudah 25 tahun PTNMR berkarya di bumiminahasa. Komitmen Newmont sesudah penutupan tambang adalah meninggalkan Jejak Hijau yang dapat terus bermanfaat bagi masyarkat. Jejak hijau ini dapat terlihat dengan hutan reklamasi, terumbu buatan di Teluk Buyat, kawasan pariwisata hingga beberapa yayasan yang akan meneruskan program kemasyarakatan.
Geliat Nelayan Yang Sedang Menangkap Ikan Di Area Pantai Teluk Buyat (dok.Lalu Budi Karryadi-Karyawan PT NNT )
Berdasarkan paparan yang disampaikan oleh Presiden Direktur PT NMR bapak David sompie, ada beberapa pilar utamayang di lakuakn dalam hal pengembanagn masyarakat berkelanjutan, yaitu :
1.Keberlanjutan Lingkungan, meliputi
ØTerumbu Buatan
ØRehabilitasi Hutan Bakau
ØHutan Reklamasi
2.Keberlanutan Ekonomi, meliputi :
ØMenciptakan area destinasi wisata
ØMendirikan industry baru
ØKoperasi Masyarakat
3.Keberlanutan Sosial, meliputu :
ØMembentuk yayasan-yayasan ( Yayasan Minahasa Raya, Yayasan Berkelanjutan Sulawesi Utara, Yayasan Ratatotok Buyat)
Hal Yang Di Wujudkan Pt Nmr Agar Istilah “Ghost Town” Tidak Terjadi Di Area Bekas Tambang PT NMR (dok.Lalu Budi Karyadi-Karyawan PT NNT)
Tidak hanya menerima penjelasan begitu saja, kami dari peserta yang mengikuti kegiatan tersebut membuktikan apa yang disamapiakn bapak David. Menyapa nelayan dan berinteraksi secara langsung dengan nelayan yang menangkap ikan di area pantai teluk buyat, hingga kamipun menyelam untuk melihat terumbu buatan dan keindahan biota bawah laut yang ada disana dan membuktikan bahwa penempatan tailing yang dilakuakn PT NMR saat masih beroperasi tidak mencemari kehidupan bawah laut. Dan hal yang taidak kalah penting dari tujuan kami datang kesana yaitu menengok bekas tambang atau lokasi pit. Sepanjang perjalananan menuju bukit Mensel (nama bukit tempat PT NMR melalukan eksplorasi) kami sdi suguhkan oleh rindang nya pohon dan lebatnya hutan yang dahulu menjadi area pertamabangan PT NMR. Siapa sangka dahulu di tempat ini petnah ada proses pertambangan. Dan kawasan ini rencana nya setelah di serahkan ke perintah daerah pada tahun 2014 lalu akan di jadikan kebun raya. Lubang bekas galian akan dijadikan danau untuk objel wisata.
Para Peserta Sedang Asyik Snorkeling Menikamtai Keindahan Bawah Laut Teluk Buyat (dok.Lalu Budi Karyadi-Karyawan PT NNT)
Selain menyelam dan mendatangi lokasi bekas tambang, kamipun berksempatan melihat keberlanjutan sosial masayrakat yang telah dilakukan PT NMR . Di antarnya mengunjungi beberapa bangunan yang di bangun berkat kerja sama bebetapa yayasan yang di bentuk oeh PT NMR. Yaitu dianatarnya pembagunan SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan) yaitu pom bensin untuk mensuplay kebutuhan BBM bagi nelayan yang bekerj sama dengan Pertamina. Dan juga kamipun mendatangi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) yang ada disana yang di bangun juga oleh yayasan yang bekerja sama dengan PT NMR. Yang dalam hal ini seluruh bangunan yang ada di RSUP tersebut di bangun dari dana yang di kelolah berasama yayasan dan PT NMR.
Bangunan Spdn (Solar Packed Dealer Nelayan) Yang Di Bangun Atas Kerja Sama Yayasan Yang Di Benntuk PT NMR Dan Pertaminatempat Yang Di Bangun Untuk Memudahkan Para Nelayan Di Sekitar Untuk Mendapatkan BBM (dok.Eko Budiwa-Peserta Newmont Bootcamp III)
Newmont menyadari tidak selamanya akan bisa berkarya di Ratatotok dan Buyat. Seperti sebuah pesta yang mengenal usai, pertemuan erat dengan perpisahan. Namun, karya tidak akan berhenti ketika Newmont harus menutup semua kegiatan dan meninggalkan daerah nyiur melambai. Persiapan telah dilakukan jauh – jauh hari. Tiga yayasan yang dibentuk dengan tujuan kegiatan yang berbeda – beda menjadi buktinya.
Rumah Sakit Umum Pusat Ratatotok Buyat Yang Seluruh Biaya Pemabngunan Fisik Nya Di Biayai Oleh Pt Nmr Dan Yayasan Yang Di Bentuk PT NMR (dok.Eko Budiwa-Peserta Newmont Bootcamp III)
Ketika tambang akan tutup, salah satu keprihatinan terbesar masyarakat dan pemerintah adalahditinggalkannya daerah sekitar tambang sehingga menjadi ‘ghost town’. Dan hal ini juga yang terbesit selama ini dalam pikiran saya tentang bagaimana kawasan Maluk dan daerah lingkar tambang di PT NNT kedepan nya jika tambang sudah tutup .Setelah saya berkunjung ke eks PT NMR saya mendapat gambaran dan jawaban atas hal tersebut. Hal ini tidak terjadi di Ratatotok dan Buyat. Survey yang dilakukan PTNMR bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi membuktikan bahwa kegiatan ekonomi terus meningkat bahkan sejak tambang tutup. Daerah ini juga semakin mekar yang tadinya hanya dua desa di Ratatotok ketika PTNMR mulai beroperasi , sekarang telah menjadi satu kecamatan. Sesudah tutup PTNMR masih meninggalkan 3 yayasan yang akan terus berkarya bagi pengembangan masyarakat di sekitar tambang. Jejak HIjau inilah yang semoga dapat terus terpatri dan memberikan manfaat sejak dulu, sekarang hingga seterusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H