Mohon tunggu...
Subhanallah Ramdhan
Subhanallah Ramdhan Mohon Tunggu... -

Masih Dalam Proses......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bermimpilah dengan Bijak

17 September 2014   02:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:29 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah anda menginginkah sesuatu?

Bagaimana cara anda untuk meraihnya?

Yakinkah anda bahwa anda mampu meraihnya?

Ketika saya mendengar cerita mengenai sebuah “perjuangan" dari orang sekitar, baik yang “telah lalu” ataupun orang yang “masih ada”, seringkali terbersit dalam benak saya keinginan-keinginan untuk juga meniru perjuangan mereka, kadang dalam diri saya berkata “Saya ingin seperti dia” “Bagaimana ya kalau seandainya saya yang ada di posisi itu?” Mungkin sebagian dari teman-teman akan mengatakan bahwa hal tersebut hanya angan-angan saja dan tidak akan bisa terjadi.

Akan tetapi kemudian saya mulai berpikir mengenai perbedaan antara keinginan, mimpi, harapan, dan angan-angan, acap kali seseorang menggunakan kata-kata tersebut untuk memberikan sebuah label terhadap apa yang kita sukai.

Seringkali kita mendengar dari kata-kata seorang publik figur yang bahwa apa yang apa yang ia bisa go internasional seperti sekarang karena ia sudah bermimpi mengenai hal itu sejak kecil. Bagi sebagian orang yang mendengarnya (mungkin) akan berkata dengan serta merta “Aku bisa kok, melakukan itu asal aku berusaha, wong si Agnes saja bisa go internasional hanya dengan modal mimpi!” Saya maklum jika seseorang berkata demikian, akan tetapi setelah saya pikir kembali, saya menemukan pertanyaan yang saya anggap menarik, apakah “mimpi” yang dimaksudkan si pablik figur sama dengan konsep mimpi yang telah kita ketahui.

Setelah saya membaca beberapa buku, saya berasumsi bahwa mimpi yang disebutkan dalam konteks publik figur, tidak sama dengan konsep mimpi yang dimaksud oleh masyarakat awam. Mimpi yang dimaksudkan diawal adalah mimpi dalam artian bahwa apa yang ia inginkan akan ia kejar dengan melihat potensi-potensi yang ia miliki dan ia mau mengembangkannya, sedangkan masyarakat awam hanya menilai mimpi dalam konteks yang lebih sederhana bahwa ia dapat melakukan sesuatu walau tanpa sebuah persiapan atau minimal “sedikit kemampuan” dalam suatu bidang tertentu. Sehingga jangan heran jika banyak sekali orang-orang yang tidak dapat meraih “mimpinya” dan hal ini hanya “nambah-nambahi” kuota orang depresi di indonesia ini.

Mimpi yang saya maksud, dalam arti positif, merupakan gabungan dari kemauan dan kemampuan yang ada dalam diri seseorang, sehingga dalam “mimpi” versi saya (hehe), seseorang tersebut harus pintar-pintar “melihat” kemampuan diri, sehingga seseorang yang mempunyai sebuah mimpi mengenai suatu hal tahu “arah” yang sesuai dalam bermimpi, hal ini juga berkaitan dengan tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh orang tersebut sehingga ia dapat melihat diri idealnya sesuai dengan realitas yang terjadi padanya. Sedangkan mimpi yang kedua lebih tepatnya saya anggap sebagai angan-angan belaka, karena seseorang tersebut tidak melakukan berbagai hal yang seharusnya dilakukan untuk menyongsong mimpi itu.

Oleh karena itu bermimpilah dengan bijak, jika anda sudah siap untuk “bermimpi” maka anda harus menyiapkan diri sedini mungkin, agar kemampuan yang dapat menunjang diri anda dapat tertempa terlebih dahulu, baru kemudian anda harus mempersiapkan diri anda berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan menghadang jalan anda untuk “bermimpi” dan juga yang terakhir adalah berdoa, karena segala kemungkinan dapat terjadi, begitu pula kemungkinan terburuk sehingga ketika semua hal telah dilakukan dan tidak dapat sesuai jalannya maka kepada Tuhanlah kita dapat berserah.

Itu saja untuk Sore Ini

Semoga Bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun