Bangsa Indonesia merdeka pada tahun1945. Kemerdekaan itu tidak terlepas dari pengorbanan rakyat Indonesia yang berjuang melawan penjajah. Siapa mereka itu ? mereka kita sebut “pejuang”. Ya mereka kita sebut sebagai pejuang karena mereka berjuang demi satu misi yaitu kemerdekaan dan satu visi yaitu menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang mandiri dan berdaulat. Mereka mengorbankan jiwa dan raga tanpa pamrih dan demi pengabdian untuk bangsa Indonesia.
Deskripsi diatas adalah cuplikan dari karakter pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia pada waktu itu . Bagaimana dengan kondisi sekarang ? apakah kita masih menemukan pejuang-pejuang baru di era reformasi di segala lini?. Kapitalisme merubah cara pandang orang bagaimana orang berjuang, tidak ada lagi kata “tanpa pamrih”, semua harus ada embel-embelnya, harus ada imbalannya.
Professional, itulah kata lain dari pejuang yang berbayar dan transaksional. Mereka professional adalah seseorang yang mempunyai high skill dan hasil dari skill mereka di jual dengan imbalan yang sepadan. Berbeda dengan pejuang, menganggap materi adalah bukan segalanya, tidak semuanya bisa diukur dengan materi, dengan pengabdian total, nait tulus dan “tanpa pamrih” adalah pengharapan bahwa nanti Tuhan lah yang membalasnya. Karena sejatinya pejuang sejati melihat materi hanya imbas dari apa yang telah mereka lakukan.
Kembali pada topik, lalu siapa yang membangun bangsa ini ? siapa yang akan mengisi pos-pos pelayanan publik (pegawai pemerintah)? para pejuang atau professional?. Kalau yang membangun bangsa ini adalah para professional ,dimanakah para professional itu ? ketika para pekerja-pekerja indonesia yang terlanjur bekerja di luar negeri enggan untuk kembali ke tanah air, ketika insinyur-insinyur muda lebih suka bekerja di perusahaan swasta /asing, ketika para guru-guru muda berbakat lebih senang menjadi pengajar di sekolah swasta yang bergaji tinggi, jika para sarjana-sarjana muda lebih senang bekerja di bank swasta /perusahaan swasta, dan lulusan terbaik dari universitas-universitas ternama sudah “dikontrak” oleh perusahaan asing/swasta yang bonafide.
Kalau yang membangun bangsa ini adalah pejuang, dimana para pejuang itu ? ketika mental mereka adalah mental maling, ketika prinsip mereka adalah prinsip “balik modal”, ketika etos kerja mereka adalah etos kerja pemalas , pembolos dan pemangkir. Ketika hanya cukup modal popularitas tanpa diimbangi oleh kemampuan skill yang mumpuni.
Sama-sama kita renungi, Jangan-jangan bangsa ini sudah tidak ada lagi pejuang dan professional. Malahan yang ada hanyalah “generasi team B” yang membangun bangsa ini menjadi carut-marut, layaknya team sepak bola, ketika pemain-pemain team inti mereka cedera dan berhalangan.
---000--wa Allahu a’lamu---000---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H