Syiah bermula bermula dari jazirah arab , persia hingga tanah air tercinta. Konsepsi fikih yang berbeda, konsepsi imamah , dan juga salah satu kelompok muslim yang memang berani melawan hegemoni sekutu AS dan Israel, selalu menjadikannya bahan pembicaraan dan kontroversi.
Sunni-Syiah , selalu identik dengan konflik tanpa memperhatikan persamaan dan kerukunannya Indonesia yang mayoritas penduduk muslimnya adalah sunni, jadi ketika faham Syiah datang , begitu sangat mencolok perbedaannya. Walaupun dari segi kultur-ibadah , beberapa ada kesamaaanya. Seperti perayaan hari Asyura 10 Muharram dengan membuat bubur merah, pembacaan syair2 tentang Nabi Muhammad shalla Alllahu alaihi wasallama dan ahlul baitnya.
Konflik Sunni-Syiah, menurut penulis cenderung hasil dari politisasi. Dimana ada kepentingan penguasa, kepentingan kelompok tertentu , konflik ini selalu di munculkan. Tak heran jika masyarakat akar bawah gampang sekali tersulut dan terprovokasi.
Bayangkan jika pengikut Syiah itu ada disekitar anda, dan anda berada dalam satu  mushalla  dan itu terbukti nyata di depan mata penulis . Di tempat penulis bekerja yaitu di SK Engineering and Construction, G plant building di Junggu- Seoul South Korea, kebetulan client di tempat penulis bekerja adalah Saudi Aramco. Para engineer dan karyawan  Saudi Aramco ini banyak berasal dari timur tengah yang ternyata ada juga pengikut syiah walaupun dapat dihitung dengan jari. Tepatnya di lantai 18 ini, ada mushalla yang disediakan oleh SK E&C untuk memfasilitasi orang muslim untuk mengerjakan shalat.
Gambar1. Mushalla di Lt18 SK Engineering and Construction.
Di mushalla ini kami melihat, kelompok syiah shalat walaupun memang mereka tidak pernah berjamaah dengan kita yang mayoritas sunni. Tapi, kita tetap bercakap-cakap layaknya tidak ada perbedaan , saling mengucapkan salam, begitu juga dengan para engineer dan karyawan  Saudi Aramco yang sunni, sikap mereka terhadap koleganya yang Syiah ,mereka tetap bersikap professional.
Perbedaan itu jelas didepan mata penulis, tidak pernah ada masalah walaupun dalam satu mushalla. Kita yang mayoritas sunni menghargai mereka yang syiah, begitu pula yang syiah menghargai kita yang sunni. Lalu apa yang terjadi diluar sana ? konflik sunni-syiah di Irak sampai sekarang tidak pernah berhenti, konflik sunni – syiah di Suriah , konflik sunni – syiah di tanah air tercinta Indonesia.
Walaupun kapasitas penulis bukanlah yang bisa mengeluarkan fatwa bahwa Syiah bukan islam, bahwa Syiah adalah sesat, tapi penulis berkeyakinan bahwa Sunni-Syiah dimana pun berada bisa rukun tanpa konflik dan tanpa provokasi –politis ,seperti apa yang terjadi di Mushalla lantai 18 di gedung SK E&C ini.
--wa Allahu a'lamu--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H