Menulis itu butuh konsistensi, karena sebesar apapun semangat yang muncul, maka konsistensi yang dilakukan ia hanyalah sebuah semangat yang membara- bara diawal waktu. Sedikit demi sedikit lebih baik, konsisten adalah kunci untuk menulis.
Menulis membutuhkan bahan bacaan yang banyak, ketika seseorang akan memutuskan untuk menulis sebuah karya tulisan maka yang perlu dilakukan adalah dengan cara banyak membaca. Iqra', iqra dan iqra' kata bu nurul, salah satu dosen favorit di FEB UGM.
Menulis itu perlu kepercayaan diri. Kadan kala kita sulit menumbuhkan rasa percara diri yang melekat pada diri. Sehingga salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melihat lebih detail apa permasalahannya dan bagaimana menemukan solusinya. Kurang pd muncul karena kita tidak terbiasa menulis, tidak punya pengetahuan tentang tulisan, tidak punya ilmunya, tidak pernah ikut kelas menulis dan sebagainya. Kuncinya upgrade dirimu dengan banyak ikut kelas pelatihanmenulis dan cari komunitasnya.
Referensi bersumber dari internet adalah sesuatu yang diperbolehkan, asalkan semuanya dapat dipettanggung jawabkan. Namun hindari mengambil Tulisan dari blog, selain bersifat personal, kevalidan tulisan perlu dipastikan secara benar.
Gaya Bahasa adalah salah satu elemen penting penulisan. Gaya Bahasa ibarat seni, ada unsur keindahan disana. Namun banyak penulis pemula seperti saya yang tidak mengindahkan gaya penulisan. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana carane cuk? Dengan memahami karakter penulis. Ada penulis yang punya karakter ambivert, to thr e point ada juga yang bertele-tele yang muter-muter tapi tujuannya baru terlihat diakhir. Kenali diri penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H