Mohon tunggu...
Subejo PhD
Subejo PhD Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi dan Peneliti

Dosen dan Peneliti Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Potensi dan Problematika Teknologi 4.0 dalam Keragaman Pertanian Indonesia

19 Mei 2019   10:51 Diperbarui: 19 Mei 2019   11:08 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Solusi dalam keragaman

Banyak kalangan mempercayai aplikasi Teknologi 4.0 di bidang pertanian sangat prospektif dan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi. Digitalisai informasi berbabagi aspek sektor agro sebagai salah satu wujud inovasi disruptif melalui pemanfaatan internet dan sistem aplikasi dapat mendukung usaha pertanian yang berpotensi meningkatkan perbaikan penghidupan masyarakat. 

Petani dapat mengaskses berbagai informasi yang dibutuhkan, memperluas interaksi dan pertukaran informasi dengan berbagai pihak  sehingga terjadi transaksi perbaikan produksi dan pemasaran produk pertanian.

Bagaimanapun proses pemanfaatan Teknologi 4.0 tidak sederhana karena pertanian Indonesia sangat kompleks. Ada beberapa masalah mendasar antara lain: literasi terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) masih rendah, ketersediaan peralatan dan aplikasi masih terbatas, elektrifikasi dan jaringan telekomunikasi belum merata di seluruh pelosok pedesaan.

Beberapa solusi atas problematika pemanfaatan internet untuk mendukung pembangunan pertanian mencakup: penguatan literasi TIK, dukungan peralatan yang berkualitas, subsidi pembiayaan akses, perbaikan aplikasi, bimbingan dan monitoring pemanfaatan aplikasi, penyediaan infrastruktur telekomunikasi  seperti pembangunan BTS baru dan jaringan listrik.

Mempertimbangkan kondisi kapasitas ekonomi, sosial-budaya dan ketersediaan  infrastruktur yang beragam, desain pemanfaatan internet untuk mendukung pembangunan pertanian dapat dikelompokkan menjadi dua model. 

Desain model pertama adalah petani secara individual maupun  melalui kelompok dapat mengakses dan mempertukarkan informasi secara  langsung dengan pusat penyuluhan maupun pihak lain sebagi sumber informasi. Prasyaratnya pendidikan dan kapasitas ekonomi relatif baik, literasi TIK baik, infrastruktur telekomunikasi dan listrik tersedia mamadai.

Sedangkan model kedua, petani difasilitasi oleh kelompok tani atau kelompok masyarakat dalam mengakses TIK. Kondisi ini sesuai untuk masyarakat dengan pendidikan dan kapasitas ekonomi relatif kurang baik,  literasi masyarakat terhadap TIK kurang baik dan infrastruktur telekomunikasi serta listrik belum tersedia dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun