Mohon tunggu...
Subejo PhD
Subejo PhD Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi dan Peneliti

Dosen dan Peneliti Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mungkinkah Indonesia Tanpa Impor Pangan?

19 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 3 Juni 2019   20:33 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kebijakan Ekspor dan Impor  Pangan

Kebijakan impor bahan pangan tertentu realistis namun harus diimbangi dengan penguatan kapasitas ekspor bahan pangan yang memilki keunggulan komparatif seperti produk-produk turunan kelapa sawit, buah-buahan topis dan beberapa komoditas perikanan-kelautan.

Impor kedelai dapat ditekan dengan program penguatan inovasi produksi dan pemanfaatan lahan perhutanan sosial serta pengembangan komoditas subtitusi. 

Inovasi pengembangan berbagai jenis kacang koro telah diinisiasi sebagai subtitusi kacang kedelai, namun cita rasa dan kekhasan olahan tempe dan tahu berbahan kedelai dipandang berbeda dibandingkan olahan dari bahan substitusi. Isu perubahan taste dan preferensi konsumen juga menjadi hal yang tidak mudah.

Pengembangan komoditas substitusi gandum dapat dilakukan dengan pemanfaatan berbagai umbi-umbian khas tropis yang dapat diolah menjadi tepung seperti ubi kayu, ubi jalar, sagu, gembili, dll. 

Meskipun beberapa ahli pangan menyatakan gandum mengandung komposisi bahan tertentu seperti glutinous yang relatif jarang dimiliki jenis umbi-umbian yang lain. Bagaimanapun prospek pengembangan komoditas substitusi tetap menjadi alternatif yang terbuka,  meskipun tidak bisa menggantikan sepenuhnya bahan pangan impor.

Strategi penguatan kapasitas ekspor bahan pangan yang khas tropis akan menjadi penyeimbang impor bahan pangan yang tidak bisa diproduksi dengan efisien. Industrialisasi produk turunan kelapa sawit sangat prospektif diekspor. 

Selain itu,  buah-buahan topis dan beberapa komoditas perikanan-keluatan juga sangat potensial sebagai komoditas ekspor. Buah tropis seperti durian, pisang, nenas, manggis, salak, duku dan srikaya mulai dikenal masyarakat global.

Bagaimanapun masyarakat global tidak terisolasi dan saling terhubung satu negara dengan negara lain. Setiap negara saling membutuhkan karena memiliki potensi dan keunggulan yang berbeda-beda. 

Yang terpenting adalah bagaimana kemampuan negara Indonesia  untuk  menjaga dan mengembangkan komoditas unggulan nasional sehingga bisa digunakan untuk menutup kekurangan kemampuan untuk memproduksi bahan pangan tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun