Jokowi, kita dan teladan Nabi
by: subchan a
Pertengahan oktober 2012, ribuan orang miskin menyemut dipinggir-pinggir jalan diperumahan kumuh pademangan, jakarta utara. Ibu-ibu lusuh, anak kecil bertelanjang dada, para jompo tua bersemangat antusias menunggu kedatangan seseorang. Tidak ada yg membayar mereka. Tidak ada yg memerintahkan mereka. Tidak ada yg mengkoordinir mereka atau memberikan janji surga kepada mereka. Mereka datang atas inisiatif sendiri. Mereka datang karena alasan sederhana. Cinta.
Siapa dia yg memiliki kehormatan begitu dicintai orang miskin dan diharapkan kaum papa?
Lalu tiba-tiba kudengar suara gaduh pecah. Ku dengar teriakan histeris dan beberapa malah menangis haru. Hari itu, telah berjalan manusia yg lahir dari keluarga miskin dan dicintai orang miskin, sedang berjalan dengan rendah hati. Seorang penguasa, tetapi dengan gaya sederhana dan baju sederhana dan telah merevolusi cara pandang kekuasaan, disambut histeris oleh ribuan kaum papa.
Dia bukan kiai, dia juga bukan tokoh agama.
Namun dia justru meneladani jalan yg ditempuh para Nabi. Sangat sedikit tokoh agama yg disambut begitu hangat dan haru seperti dia, terlebih oleh kaum papa.
"Semua Nabi", kata Heraklius sang kaisar romawi,"dicintai orang miskin dan senang menjadi pemimpin orang miskin".
Bahkan Heraklius sang perkasa pun tahu akan teori ini.
Ketika Ibrahim hendak diangkat menjadi Nabi, Tuhan bertanya kepadanya, "Tahukah kau Ibrahim, mengapa kau kuangkat menjadi kekasih-Ku?"
"Tidak, Tuhanku", jawab Ibrahim.
"Wahai Ibrahim, aku telah melihat hatimu, dan melihat hati seluruh manusia, dan tidak ada yg mencintai orang miskin daripada dirimu", kata Tuhan lembut.
Sepanjang hidupnya, Ibrahim menghabikan waktunya melayani dan membela kepentingan orang miskin. Dan orang miskin pun senang dipimpin oleh ibrahim.
Ketika Musa lahir dan hidup dibawah naungan Firaun, Tuhan menyapa Musa,"wahai Musa, tahukah kau mengapa kau Ku pilih menjadi Nabi-Ku"
"Tidak, wahai Tuhanku", jawab Musa takzim.
"Ketahuilah Musa, aku telah melihat hatimu dan kulihat hati seluruh manusia. Tidak ada yg lebih rendah hati daripadamu", jawab Tuhan lembut.
Musa hidup di istana, tapi justru memilih berada disisi orang miskin. Musa memilih lari dari istana, demi membela kepentingan orang miskin dan hidup bersama orang miskin.
Yesus lahir dikandang domba. Bahkan Yesus belumlah berusia 30 hari, beliau sudah harus membela orang teraniaya dari kaumnya, ibunya sendiri. Sepanjang hidupnya, jejak Yesus sudah bergumul bersama kaum papa. Pada saat orang takut akan penyakit lepra, Yesus malah mendekati dan mengobati. Yesus as berjuang membersihkan rumah-rumah ibadat dari para rahib yang menjual agama untuk kepentingan dunia. Ia turun dari bukit dan berkhotbah, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah.”
Dan Muhammad saaw, Beliau lahir dari keluarga miskin yg hampir-hampir tidak mampu menyusuinya. Ttidak ada yg meragukan pembelaan dan kecintaannya kepada orang miskin. Ketika budak afrika dianggap sebagai setengah manusia dan setengah hewan oleh kaumnya, Muhammad justru memeluk hangat Bilal sang budak. Seperti Yesus, Muhammad turun dari bukit dan memberikan pembelaan kepada orang miskin dan mengecam para tiran,"Celakalah pencaci
dan pemaki, yang mengumpul-ngumpul harta dan menghitung-hitungnya. Ia mengira hartanya akan
mengekalkan dia. Tidak sekali-kali. Ia kan dilemparkan ke neraka. Celakalah orang-orang yang salat, yang memamerkan kesalehannya, dan
tidak mau berbagi kekayaan."
Sebagaimana orang-orang miskin yg mengelu-elukan Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad, kali ini kulihat ribuan orang miskin mengelu-elukan manusia.
Dia bukan Nabi, dia juga bukan tokoh agama.
Dia adalah Jokowi, gubernur DKI. Ketika mengajukan diri menjadi gubernur, semua parpol bersatu menolaknya. Tp orang miskin justru memilih bersamanya.
Sesaat menjadi gubernur, dia melakukan langkah yg tidak pernah terpikirkan pemimpin Indonesia modern manapun. Membangun kampung kumuh menjadi kampung deret yg layak huni. Petagogon, tamboran, tanah tinggi, pademangan adalah sedikit kampung deret yg menjadi monumen kecintaan Jokowi kepada orang. Total ada 27 lokasi kampung kumuh yg menjadi target pembangunan Jokowi. Jumlah itu akan meningkat drastis ditahun-tahun mendatang.
Jokowi sering dituduh aktivis islam sebagai pemimpun sekuler. Tapi bagiku, dia adalah pemimpin yang paling islami.
Ketika Jokowi mampu bersikap pongah, dia malah sering merendah.
Ketika Jokowi mampu bersikap mewah, tapi lihatlah bajunya, sepatunya. Begitu sederhananya, Dia bahkan masih tidak terlihat pantas menjadi penguasa. Orang miskin dan kaum papa tidak takut gemetar berhadapan dengannya. Tidak banyak protokoler yg dpt menjadi pembatas antara dirinya dengan rakyatnya.
Ketika Jokowi ditawari gelar doktor honoris causa oleh Universita Negeri Solo, Jokowi menolak halus,"Saya ini orang bodoh, tidak pantas mendapat gelar doktor".
Sebagaimana para Nabi, Jokowi memilih merendah ketika sebenarnya mampu bersikap pongah.
Sebagaimana para Nabi, Jokowi meletakkan kesalehan bukan pada jidat-jidat terkelupas, tetapi pada pengabdian kepada manusia-manusia tertindas.
Karena Jokowi adalah kita. Indonesia hebat!
(Subchan A)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI