Pada Kamis (9/5), kabar duka datang dari dunia politik dan ekonomi Indonesia. Faisal Basri, seorang ekonom senior yang dikenal dengan pemikirannya yang tajam, meninggal dunia akibat serangan jantung di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta. Sosok yang telah menginspirasi banyak orang ini wafat pada usia 65 tahun, meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia kebijakan publik, ekonomi, dan politik Indonesia.
Kehidupan Faisal Basri dapat kita maknai sebagai perjalanan yang penuh dedikasi. Dari awal kariernya hingga akhir hayatnya, Faisal selalu berusaha menjadi cahaya dalam perdebatan kebijakan publik dan ekonomi di Indonesia. Pemikiran-pemikirannya yang kritis, tetapi penuh tanggung jawab, menjadi contoh bagaimana seorang akademisi dapat memberikan pengaruh nyata di lapangan. Untuk mengenang kiprahnya, mari kita menelusuri perjalanan hidup beliau melalui beberapa fase penting dalam kariernya.
Lahir pada 6 November 1958 di Bandung, Faisal Basri tumbuh dalam keluarga yang menghargai pendidikan. Sejak muda, minatnya terhadap ekonomi dan politik sudah terlihat jelas. Pendidikan tinggi yang ia tempuh di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberinya fondasi yang kuat, di mana ia kemudian dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan kritis. Kemampuan berpikirnya yang tajam tidak hanya membawanya menjadi seorang ekonom terkemuka, tetapi juga seorang aktivis yang tidak takut menyuarakan kebenaran.
Di awal kariernya, Faisal aktif menulis analisis-analisis ekonomi di berbagai media. Analisis-analisisnya ini sering kali menyoroti kebijakan ekonomi yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, membuatnya sering menjadi sorotan publik. Keberaniannya mengkritik kebijakan pemerintah, bahkan di masa-masa ketika kebebasan berpendapat masih terbatas, menjadikannya sebagai sosok yang dihormati di berbagai kalangan.
Salah satu ciri khas Faisal Basri adalah keberaniannya dalam mengkritik kebijakan publik yang dianggap tidak adil bagi rakyat. Ia dikenal sebagai salah satu ekonom yang tidak segan menyuarakan pandangan yang berseberangan dengan pemerintah, terutama jika kebijakan tersebut dianggapnya lebih berpihak kepada kepentingan segelintir elit daripada rakyat banyak. Sikapnya yang tegas ini membuatnya dihormati sebagai tokoh yang berani, tetapi juga sering kali menjadi perbincangan kontroversial.
Transisi dari kritik kepada kebijakan publik dan ekonomi nasional ke bagian lain menunjukkan betapa Faisal tidak pernah berhenti memberikan pemikiran-pemikiran yang tajam. Salah satu kritik yang paling diingat adalah pandangannya terhadap korupsi dalam pemerintahan. Menurut Faisal, korupsi adalah akar dari segala masalah ekonomi di Indonesia. Tanpa pemberantasan korupsi, ia menilai bahwa semua kebijakan, betapapun baiknya, akan sia-sia karena praktik-praktik kotor itu menghilangkan manfaat nyata bagi rakyat.
Selain itu, Faisal juga kerap mengkritisi kebijakan fiskal yang dinilainya tidak berpihak pada ekonomi mikro. Menurutnya, pembangunan infrastruktur berskala besar yang tidak memperhitungkan dampaknya bagi masyarakat kecil hanya akan memperlebar kesenjangan ekonomi. Ia berpendapat bahwa pengelolaan fiskal dan sumber daya energi harus lebih transparan dan adil bagi semua lapisan masyarakat.
Selain menjadi kritikus, Faisal juga terlibat langsung dalam berbagai proses perubahan kebijakan publik di Indonesia. Salah satu momen penting dalam kariernya adalah keterlibatannya di Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2014. Dalam peran ini, Faisal berupaya untuk memperbaiki transparansi dan efisiensi sektor energi yang selama ini dikenal penuh dengan masalah. Komitmennya untuk memperbaiki tata kelola minyak dan gas adalah bukti dari dedikasinya terhadap reformasi kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat banyak.
Faisal juga aktif di dunia akademis, di mana ia berperan sebagai dosen dan peneliti. Aktivitas ini tidak hanya menjadi wadah bagi Faisal untuk membentuk generasi ekonom masa depan, tetapi juga menjadi tempat baginya untuk terus berkontribusi melalui pemikiran-pemikiran yang segar dan relevan.
Sepanjang kariernya, Faisal telah meninggalkan banyak momen berkesan bagi para pengamat kebijakan ekonomi dan masyarakat luas. Salah satu yang paling diingat adalah ketika ia mengkritisi proyek infrastruktur besar-besaran yang didanai utang luar negeri. Faisal sering kali mengingatkan bahwa tanpa perencanaan matang, proyek-proyek ini bisa menjadi beban ekonomi yang terlalu berat bagi generasi mendatang. Ucapannya yang sering dikutip, "Pembangunan harus untuk kesejahteraan rakyat, bukan menambah beban utang," telah menjadi peringatan yang berharga bagi banyak pihak.