Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Media Sosial Teman atau Musuh Kesehatan Mental

7 September 2024   23:54 Diperbarui: 8 September 2024   00:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dalam era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Platform-platform ini menyediakan berbagai sumber informasi, hiburan, dan peluang untuk membangun koneksi sosial. Namun, di balik manfaat yang diberikan, terdapat potensi risiko terhadap kesehatan mental yang perlu diperhatikan secara serius. Pertanyaan utama yang muncul adalah: bagaimana kita dapat memanfaatkan media sosial secara bijaksana untuk meningkatkan penghasilan dan menjaga kesehatan, tanpa terjebak dalam dampak negatifnya?

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat berkontribusi terhadap peningkatan masalah kesehatan mental, terutama di kalangan remaja. Salah satu penelitian yang signifikan mengungkapkan bahwa paparan konten kecantikan yang tidak realistis di media sosial berhubungan dengan citra tubuh negatif dan bahkan dapat memicu gangguan makan. Sebuah laporan dari Dove Self-Esteem Project menemukan bahwa 9 dari 10 remaja terpapar konten yang merusak kesehatan mental mereka melalui media sosial, dengan lebih dari separuhnya mengakui dampak negatif tersebut(MedXpress).

Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hasil serupa. Beberapa studi longitudinal, termasuk penelitian oleh Silje Stensbekk, tidak menemukan korelasi yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan peningkatan tingkat depresi atau kecemasan di kalangan remaja(Psychology Today). Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa dampak negatif media sosial dapat sangat bergantung pada pola penggunaan dan tujuan individu saat mengakses platform-platform tersebut.

Untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul, sangat penting bagi kita untuk mengadopsi pendekatan yang lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan mengatur waktu penggunaan media sosial dan lebih selektif dalam memilih konten yang diikuti. Sebuah studi oleh Manuela Faulhaber menunjukkan bahwa membatasi penggunaan media sosial hingga 30 menit per hari dapat secara signifikan mengurangi tingkat kecemasan, depresi, dan rasa kesepian(Psychology Today).

Selain itu, penting juga untuk memanfaatkan media sosial secara lebih produktif dan sehat. Misalnya, menggunakan platform ini untuk mencari informasi mengenai peluang bisnis, tips kesehatan, atau konten edukatif yang dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian, media sosial dapat berubah dari sekadar sumber hiburan menjadi alat yang mendukung kesejahteraan dan produktivitas kita.

Terdapat banyak contoh konkret yang menunjukkan bagaimana penggunaan media sosial yang bijaksana dapat memberikan dampak positif. Misalnya, sejumlah individu berhasil meningkatkan pendapatan mereka melalui pemasaran online, sementara yang lain menemukan komunitas pendukung kesehatan mental melalui grup-grup dukungan daring. Contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa dengan penggunaan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Namun, di sisi lain, kita juga harus waspada terhadap potensi jebakan dalam penggunaan media sosial, seperti kecanduan scrolling atau mengikuti akun-akun yang mempromosikan gaya hidup tidak sehat. Salah satu langkah awal yang dapat diambil adalah dengan menetapkan jadwal penggunaan media sosial yang terstruktur dan batasan waktu yang jelas.

Di tengah derasnya arus informasi di era digital, penting bagi kita untuk tetap menjadi pengendali, bukan yang dikendalikan oleh media sosial. Gunakanlah waktu di platform ini dengan bijak; pilih konten yang bermanfaat dan hindari yang berpotensi merugikan. Kesehatan mental kita adalah aset yang sangat berharga, jauh melampaui segala informasi yang mungkin tidak berguna. Media sosial seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup kita, bukan sumber tekanan yang mengganggu kesejahteraan.

Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang lebih besar dan bermakna dalam hidup kita.

Referensi:

  1. MedicalXpress, "The harmful effects of social media use on mental health," 2023.
  2. Psychology Today, "Has Social Media Harmed Teens' Mental Health?", 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun