Mau sukses bisnis atau dagang? Ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, produk yang kita jual harus berkualitas bagus atau minimal standart. Kedua, harganya terjangkau. Ketiga, layanan delivery order selalu tepat waktu.
Karena mampu memenuhi syarat itulah, Pak Subur (45) sukses menjadi pedagang bakso di Kota Palembang. Meski tergolong pedagang kaki lima di pinggir jalan, omset jualan Pak Subur tak kalah dengan restoran yang umumnya menempati ruko atau bangunan permanen. Maklum, lokasi jualan Pak Subur cukup strategis. Selain dekat mall, juga tak jauh dengan gedung bioskop yang selalu ramai pengunjung. Omzet jualan Pak Subur mencapai ratusan juta perbulan.
Saat warungnya baksonya ramai pengunjung itulah, Pak Subur sering direpotkan dengan datangnya sejumlah preman jalanan. Awalnya, para preman itu datang hanya makan bakso dan minum sepuasnya. Kemudian kabur meninggalkan warung tanpa pernah bayar. Lama kelamaan, para preman itu tak hanya minta makan minum tapi juga minta uang alias malak.
Tak tahan dengan ulah preman jalanan, Pak Subur punya inisiatif minta tolong temannya yang kebetulan anggota TNI. Pada suatu saat, ketika beberapa preman sedang makan, seorang preman yang tergolong senior, dipanggil tentara, teman Pak Subur. Entah ‘’pelajaran” apa yang diperoleh preman senior itu. Usai dipanggil dan diwawancara di sebuah ruangan selama setengah jam, preman senior itu langsung minta maaf kepada Pak Subur sambil menunduk-nunduk. Sejak itulah, kawanan preman yang selama ini meresahkan, tak pernah datang lagi ke warung Pak Subur.
Melihat keberhasilan Pak Subur mengatasi premanisme, Pak Basri, pedagang mie tek-tek tetangganya iri. Pasalnya, sebagai pedagang mie tek-tek keliling, Pak Basri juga mengaku resah sering diganggu preman dan tidak mampu melawan. “Udah omset jualan kecil, sering kena palak preman pula’” gerutu Pak Basri
“Kasih tahu dong, gimana caranya melawan dan mengusir preman,” kata Pak Basri memelas.
“Nggak tahu. Aku juga minta tolong teman yang kebetulan tentara,” jawab Pak Subur.
Karena Pak Basri merengek terus minta bantuan, akhirnya Pak Subur mengeluarkan trik jitu yang dia miliki untuk melawan preman.
“Begini saja. Coba kamu beli “jamu urus-urus “ dan baca aturan pakainya”, jelas Pak Subur. Pak Subur kemudian menyuruh agar Pak Basri memberi sedikit bubuk jamu tersebut, ke dalam kuah bakso yang hendak dihidangkan kepada preman yang biasa mengganggunya. “Sedikit aja, mudah-mudahan beres,” saran Pak Subur.
Mendengar saran Pak Subur, Pak Basri langsung bergegas ke pasar untuk membeli “jamu urus urus”. Malam harinya, saat sedang berjualan mie tek-tek keliling, Pak Basri langsung mempraktekkan trik melawan preman yang diajarkan Pak Subur. “ Satu kali kasih, ternyata (ma’af) langsung mencret.”, gumam Pak Basri sambi senyum-senyum, usai ‘ngerjain’ preman di sebuah gang.
Untuk menyempurnakan trik ini, setiap berjualan mie tek-tek keliling, Pak Basri juga merubah penampilan dengan selalu menggunakan songkopk haji, seperti saran Pak Subur. “Biar dianggap orang sakti,” jelas Pak Basri.
Trik ini ternyata memang ampuh. Seminggu kemudian, setelah tiga kali ngerjain tiga orang preman dengan “jamu urus-urus” hasilnya memang mantap. Entah kabar berita apa yang beredar di kalangan preman, sejak menerapkan jurus “jamu urus-urus” dan berjualan mie tek-tek mengenakan songkok haji, Pak Basri tak pernah lagi diganggu preman lagi. “Alhamdulillah,” katanya. Berdagang pun lancar. Ha..ha..ha..
(Meski kisah ini fakta seperti dikisahkan Pak Subur kepada penulis, trik ini bukan untuk ditiru tapi sekedar intermezzo saat puasa Ramadhan 1433 H)
Salam hangat dan tetap semangat
Imam Subari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H