Mohon tunggu...
Subari
Subari Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Penyiaran

Praktisi Penyiaran tinggal di Batam, Kepulauan Riau. Ngompasiana sebagai ikhtiar mencari kebenaran. The first obligation of journalism is to the truth.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Trans7, Jangan Jadi TV Porno!

7 Januari 2011   09:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:52 4935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12943904011045510040

[caption id="attachment_83488" align="alignleft" width="400" caption="ilustrasi (sumber : kaskus.us)"][/caption] Terus terang, belakangan ini saya lebih nyaman membiarkan anak-anak saya nonton tayangan Trans7. Meski tidak menyandang nama televisi pendidikan, stasiun tv group Trans Corp itu belakangan miliki program cukup edukatif dengan segmen pemirsa anak-anak. Laptop Si Unyil, Si Bolang Bocah Petualang dan Koki Cilik adalah beberapa program acara pavorit yang cukup diminati anak-anak, termasuk ketiga anak saya. Namun ketika anak-anak saya nonton acara Trans7 yang satu ini, saya menjadi miris. Peristiwa ini terjadi Kamis petang (6/1). Sembari menunggu waktu untuk shalat magrib, ketiga anak saya kompak duduk manis di depan TV. Beberapa kali, kedua anak saya, Adinda (10) dan Zuhdan (5), nampak tertawa. Sepintas saya melirik layar TV, ternyata anak saya mentertawakan ulah Komeng dan Adul dalam acara Wara-Wiri tayangan Trans7. Acara ini merupakan perpaduan antara komedi dan wisata. Tak lama setelah mentertawakan Komeng dan Adul, anak saya yang paling kecil tiba-tiba berteriak lantang sambil berlari. “Ayah…ayah…ada  tante malu di tipi. Itu yah, dia nggak pake baju. Nggak malu ya yah?.”  “ O…itu dik, ada lagi. Ada lagi tante malu cuman pake BH.,” celetuk Dinda, sang kakak kepada adiknya. Penasaran dengan dengan celotehan anak-anak, saya langsung ikut bergabung. Setelah saya perhatikan dengan seksama, ternyata program itu berisi adegan Komeng dan Adul sedang menikmati sarana rekreasi di sebuah waterboom di Jakarta. Entah bagian dari promo  waterboom atau bumbu penambah daya tarik acara untuk menggaet iklan, dalam menikmati fasilitas rekreasi itu, Komeng dan Adul dibarengi  cewek-cewek yang hanya menggunakan bikini (kain selembar penutup -maaf- payudara dan kemaluan mirip bule wisatawan asing di pantai Kuta Bali) Awalnya, adanya wanita berbikini di acara tersebut, saya pikir hanya ulah iseng seorang  pengunjung  wanita yang ingin menggoda Adul,  biar sekaligus bisa masuk TV. Maklum, lokasi yang dipilih memang waterboom yang tentu banyak wanita bermain sambil berenang. Tapi lama-kelamaan, cewek-cewek berbikini yang nampang bareng Komeng dan Adul semakin banyak dengan pakaian nyaris sama. Dari banyak adegan dengan para cewek berbikini tersebut, nampak Komeng naik pelampung karet bersama seorang wanita berbikini meluncur dari puncak water boom. Ketika adegan ini diambil dari depan, nampak jelas kepala si Komeng seperti terjepit di kedua paha wanita berbikini yang mendampinginya. Anehnya, Komeng yang kepalanya nampak terjepit paha wanita telanjang, nampak kurang menikmati adegan itu. Tayangan ini (pas adegan di atas) tanpa diserta narasi dan hanya diisi ilustrasi musik, sehingga saya berkesimpulan tayangan ini hanya menjual kekuatan visual. Pemirsa televisi juga tidak begitu jelas, apakah wanita berbikini yang meluncur bersama Komeng itu crew  atau  pengunjung waterboom. Setelah nonton acara itu, saya menjadi bertanya-tanya, apa kira-kira motivasi  Trans7 menayangkan adegan seperti ini?. Untuk menambah daya tarik program Wara-Wiri atau promo keindahan, kelengkapan fasilitas dan pelayan (an) water boom? Mengapa anak-anak saya yang masih kecil ikut menjadi sasarannya? Kenapa acara dengan adegan seperti ini tidak ditayangkan tengah malam dan khusus untuk dewasa saja? Apakah  Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) akan terus membiarkan tayangan seperti ini  berlanjut dan akan banyak jutaan anak Indonesia yang menjadi sasarannya? Sederet pertanyaan di atas terus mengusik fikiran saya dan hingga kini saya belum mengetahui jawabnya. Namun setelah kejadian tersebut, saya mulai  lebih waspada ketika anak-anak saya menonton acara tayangan Trans7. Jangan-jangan adegan seperti itu merembet ke acara lain Trans-7 yang selama ini telah menjadi tontonan pavorit anak-anak saya. Semoga tulisan singkat ini membuat para pembaca lebih sering mendampingi anak-anak ketika berada di depan layar kaca sehingga anak-anak yang kita banggakan tidak menjadi korban pornografi tayangan televisi. Salam hangat dan tetap semangat Imam Subari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun