"The farther backward you can look, the farther forward you are likely to see." -- Winston Churchill
Opini_ ddf_Saya sekali tempoh terpancing  statemen akawan dan mentor senior saya  dengan permintaan  Muhammad Nurkhoiron , terpancing salah satunya Terpaksa  Untuk menulis panjang isu kebijakan pendidikan ala Mas Mentri Nadhim yang , saya sendiri tidak tahu kapasitas dan kehebatan beliau di bidang Pendidikan selain di bidang GO -Ojek itu  , yang menurut sementara saya pengangkatan beliau sebagai menteri  saya anggap sebagai hadiah sebagai  TIM sukses yang sukses menghantarkan Bangsa Indonesia ke Kekuasaan Jokowi yang berbahagia dengan rahmat sentosa jadi presiden , yang terus terang Dari awal pengangkatannya saja saya enggak sregg dan  saya sinyalemen sangat bertentangan dengan semangat nilai nilai Budi Oetomo dan Ki Hajar Dewantoro tentang kapita selekta pendirian Pendidikan, serta perjuangan oramas Pendiri lembaga Besar pendidikan di  Muhamadiyah dan NU sejak zaman penjajahan dengan harapan  memberikan kesetaraan pendidikan bagi bumi putra. jadi kecurigaan saya hanya baru  pernyataan dalam wacana saja , sebab Sama sekali belum aku temukan semangat Itu di Masa sekarang di dunia Pendidikan .
Pak mentri ternyata lebih tertarik pada pola dan model pendidikan barat dalam hal ini Eropa terutama negara Findland, padahal saya tau sekarang Belgia lebih menarik dari Findland soal pendidikan khususnya yang berkaitan dengan subsidi pendidikan.
Fakta membuktikan bahwa sekolah di Belgia sejak tahun 1958 telah berani membuat undang2 yang mengakui dua jenis dasar pendidikan :
sekolah dalam penyediaan pendidikan dasar dan menengah, berupa sekolah resmi  yang diselenggarakan oleh badan-badan negara, dan kedua adalah sekolah gratis meskipun dari mereka ebih banyak dibeayai oleh fondation gereja katolik. Beda dengan negara kita, alih-alih mau mengenterpreneurkan pendidikan, fundation yang seharusnya ikut serta membantu pemerintah membiayai sekolah gratis, malah di support negara dengan bantuan dari APBN setiap tahunnya.
Di Belgia juga orang tua diberikan kebebasan penuh untuk memilih jenis sekolah untuk anak-anak mereka. Selain itu, negara diharuskan menyediakan jumlah sekolah yang cukup dari kedua jenis sekolah itu baik dalam pertimbangan jarak tempuh rumah dan sekolah yang disesuaikan dengan angkutan seperti komuter, yang secara langsung disediakan oleh sekolah resmi, subsidi untuk sekolah gratis, atau penyediaan bus sekolah gratis pula.
sekolah yang menerima subsidi negara tidak dapat membebankan biaya sekolah; atau memerlukan biaya tambahan untuk buku buku pelajaran. Hal ini di atur ketat oleh Undang-undang  mereka yang dibuat sejak tahun 1959, yang mengharuskan sekolah dasar sampai sekolah menengah resmi menyediakan dua jam penuh khusus pelajaran agama dan moral setiap minggunya. Di negara Bernama Indonesia , yang  agama nya jadi terbesar mayoritas  di jadikan momok, sok Pancasilais , tai di era nadim ini ada Gejala  hendak membuang mapel agama dari kurikulum  ,yang katanya  dianggap sebagai perusak toleransi.
Kita ingat artikel "" Van Devender berjudul "Hutang Kehormatan" Pada Pendidikan ,di sebuah majalah yang sempat  saya baca di perpustakaan daerah saat saya sekolah, Di situ saya menemukan sebuah catatan yang teringat sampe sekarang soal Gagasan yang dikenal dengan politik etika. Van Devender menganjurkan rogram  untuk memajukan kesejahteraan rakyat dengan memperbaiki pertanian agar dapat memprodusi pertanian dan juga Pendidikan bagi anak negeri yang berakar padqa semangat pemberdayaan , yang ternyata hanya isapan jempol belaka, yaitu semakin mengikat kan diri dqalam keterpurukan dan penjajahan dalam pendidikan , sebab hanya kalangan elit dan onthe Heaven saja  yang mampu memasuki jenjang pendidikan , dan itu juga masih berjalan Hingga sekarang .
Hutang Kehormatan demikian dalam majalah" De Gids ". Disitu ia mengemukakan tentang keuntungan yang diperoleh oleh Indonesia pada saat itu, kemudian berdirilah Budi Utomo pada tahun 1908, dan film politik yang dibuat pertama kali oleh pemerintah di Indonesia sebagai propaganda yang di beayai oleh kapitalis Barat saat tahun 1919.
Pada tahun 1918 muncullah "volksraad"  Sekolahan rakyat atau SR  yang merupakan saluran bagi orang Indonesia untuk meminta pendapatnya secara terbuka terutama yang berkenaan dengan politik hutang kehormatan melalui Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang didukung sistem pendidikan khusus yaitu  sistem persekolahan yang berbasis kepada golongan penduduk sesuai dengan kasta (kelas), atau golongan
Pada saat itu anak-anak bangsawan lebih banyak mendapatkan mata pelajaran dan fasilitas pendidikan yang lebih banyak ketimbang rakyat biasa. Kalau rakyat biasa cuma memperoleh pendidkan tata boga, kewanitaan, maka anak-anak bangsawan sudah mendapatkan pelajaran matematika, ilmu bumi, sejarah, fisika, bahasa asing, Biology dsb.
Saat itulah tokoh2 dan ulama kita yang sekarang ini menjadi organisasi keagamaan seperti Muhamadiyah dan NU, merekalah yang dengan tekun mengajarkan rakyat jelata pendidikan agama, budi pekerti, matematika, mantiq atau logika bahkan sejarah. Sama dengan anak2 bangsawan.
Pendidikan adalah sinergi antara individu dan lingkungannya, bawaan dan yang diperolehnya, atau bahasa kerennya sinergi antara filogeni dan ontogeni. Adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-kelompok yang mendukung proses diskusi yang dipertimbangkan faktor faktor lain yang mendasarinya. Istilah "filogeni" dipinjam dari bahasa Belanda, fylogenie, yang berasal dari gabungan kata bahasa Yunani Kuno yang berarti asal-usul suku, ras sedangkan ontogeni dijelaskan sebagai bentuk embrio dari penelitian moyang evolusionernya