Mohon tunggu...
AR. Sholikul HaDI
AR. Sholikul HaDI Mohon Tunggu... Editor - adalah sebuah abnalisa ekspresi Billie ekfish - poengamat sosial kemasyarakatan , tinggal di Pasti jawa Tengah

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompartemen yang Tidak Selesai

26 Juni 2021   11:36 Diperbarui: 26 Juni 2021   11:53 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Semnjak beberapa kasus masuk ke tanganku . Tangan ini rasanya gatal jika tidak menulis . Namun apkah hendak  dikata  . Beberapa tulisan aku tentang kasus kasus yang aku sampaikan melalui lembaga media dan antar lembaga sebagai sumbang urun . Penegakan hukum ditengah Pandemi hal ini sangat mengiris hati . 

Harapan penuntasan kasus itu seperti ppesan kosong . Seharusnya yang berwenang segera menindak lanjuti nya buaik dengan melalui laporan ataupun release berita .

Akhirnya aku ditagih ditengah jalan oleh yang berkaitan , bahkn sempat akan dituntut dan dilaporkan balik segala.  Pemberitaan tak pasti berujung lporan pun tak jarang menimpa kami sebagai jurnalis lepas di bberapa media online . Baik tentang KDRT  yang dilakukan oknum perangkat pada istrinya . Tentang tindakn asusila yang dilakukan oknum aparat dan perampasan kemerdekaan warga  yang sampai saat ini belum di proses. Hukum . 

Tapi ya itu paling miris fan beresiko bila kita memberitakan soal korupsi Van derdek dan soal Narkoba . Emang taruhannya nyawa.

Seperti apa yang di alami lawankita di Medan yang barusan ramai diberitakan. Apa menunggu akhir babak sehingga wartawannya mati dibantai para penjahat , baru proses hukum berjalan , dimana letak kerjasama empat pilar , jika perlu dungan hukum dan keamanan para wartawan jurnalis kita tidak dilindungi oleh negara . 

Akhirnya kalau begini , kalau nulis aku memutuskan untu tidak menggunakan identitas maupun inisial. Ditambah lagi aturan repotnya aturan agar tulisan bisa dimuat di meja redaksi , tambah repot lagi diminta data dan fakta saksi akurat , layaknya intelijen sja  begitulah beratnya insan pers dan wartawan mengungkap berita , resiko atas dirinya , kelueganya tidak sama sekali dijamin perusahaan pers dan organisasinya. Ditambah lagi teror dan intimidasi kepada insan pers yang. Makin menjadi jadi sepeti sekarang , membuat aku semakin miris mmulis , nada minor selalu menimpa kni dan bukannya bayaran dan penghargaan yang kami terima , melainkan penghinaan, cibiran , cercaan dan ancaman .

Negara harus hadir melihat melindungi insan pers..salam kepada negara ...agar  bisa melindungi  wartawan dan menjamin kesejahteraan kepada insan pers. Jayalah pemimpin yang menghormati insan pers.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun