Mohon tunggu...
Subagus Indra
Subagus Indra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

move on, be brave!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rindu Negarawan Sejati

9 Juli 2012   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingatkah Anda, kapan terakhir kali negeri ini memiliki seorang pejabat negara yang tegas, setia pada masyarakat, pekerja keras, dan berjuang demi kepentingan rakyat? Rasanya sosok tersebut sudah lama dirindukan kehadirannya oleh Ibu Pertiwi.

Bagaimana tidak, lihat saja kelakuan para pejabat kita akhir-akhir ini. Korupsi makin marak. Dari penggelapan uang proyek infrastruktur olahraga, sampai korupsi dana pembuatan Al Quran pun raib entah ke mana. Bukan hanya itu, sikap pemerintah yang terlalu lama mengambil keputusan karena alur birokrasi yang berbelit-belit, kurang tegas dalam menentukan sikap, dan terlalu sibuk dengan strategi pencitraaan diri, membuat masyarakat semakin resah dan mengidam-idamkan kehadiran sosok negarawan sejati.

Bagai Oase di padang gurun, kehadiran Dahlan Iskan (DI) mungkin bisa dikatakan layaknya obat sakit ‘malarindu’ yang sedang dialami masyarakat. Hal itu tak bisa disangkal, faktanya, dialah figur yang sukses mengatasi masalah ketersedian listrik di negeri ini. Sama pentingnya dengan Bahan Bakar Minyak (BBM), masalah setrum juga meenyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. Dengan menukangi perusahaan BUMN terbesar kedua, PT PLN, mantan bos PT Jawa Pos Group itu telah berhasil membuat satu-satunya perusahaan ‘setrum’ negara itu terbebas dari jeratan kerugian yang sudah puluhan tahun diderita. Ia juga berhasil mengurangi pemadamaan listrik bergilir yang meresahkan warga. Sebelum menjadi dirut PT PLN, setidaknya dalam setahun ada 150 kali pemadaman per pelanggan per tahun. Namun ddi tahun 2010, saat DI menjabat, jumlah itu berkurang menjadi jadi 50 kali per pelanggan per tahun. Progres yang luar biasa, bukan? Karenanya pula, PT PLN mampu memangkas daftar tunggu sambungan listrik ke rumah-rumah dengan program GRASS (Gerakan Sehari Sejuta Sambungan) yang dilakukan dua kali –pada 27 Oktober 2010 dan kemudian diulang delapan bulan kemudian pada 17 Juni 2011.

Sosok yang identik dengan sepatu kets dan kemeja putih itu –saya tidak menyebut penampilan DI sederhana. Karena konon ternyata harga sepatu dan kemejanya itu tak semurah yang kita kira- mengelola PT PLN  dengan menerobos pakem-pakem pemerintahan yang kaku. Dalam bertindak ia mengedepankan fleksibilitas. tidak birokratif, tegas dan cepat dalam mengambil keputusan, menurutnya dalam sebuah wawancara di Metro TV, itu adalah gaya kerja seseorang di korporasi. Tidak terlalu protokoler, rapat di mana saja, dan mengedepankan speed. Hasilnya, gaya zig zag DI terbukti mampu mendongkrak performa PT PLN dalam jangka waktu kurang dari tiga tahun saja –mulai 23 Desember 2009 sampai 18 Oktober 2011.

Karena hal itu pula, setidaknya dalam satu periode kepemimpinan di PT PLN, ia telah mampu menciptakan 282 keputusan atau rata-rata 12 keputusan seminggu. Selain itu, karena sifatnya yang pekerja keras Ia menjadi satu-satunya Dirut PT PLN yang paling sering datang ke daerah untuk melihat langsung perkembangan di daerah. “Gaya manajemennya sering disebut Maverick style, lepas dari pakem-pakem dunia bisnis pada umumnya,” tulis Henni T. Soelaeman di majalah SWA 21 Juli 2004.

Karena capaiannya itu, banyak orang yang mengelu-elukan sosoknya. Berbagai penulis ternama berbondong-bondong mengulas profilnya ke dalam sebuah buku. Berbagai media mengangkatnya, dan banyak orang membicarakannya bahkan sampai ke obrolan warung kopi.

Yang menjadi daya tarik khusus adalah di mana kini saat marak kasus korupsi dan eksodus penggunaan fasilitas negara besar-besaran oleh pejabat negara, DI malah memilih untuk tidak sedikitpun menggunakan fasilitas yang diberikan negara atas jabatannya. Katanya dalam sebuah wawancara di program Talk Show TV, “Mobil saya lebih bagus dari pada mobil dinas negara,” kelakarnya.

Karena itu pula, akhirnya ia pun ditunjuk menjadi Menteri Negara (Meneg) BUMN. Bukan bermaksud ikut-ikutan memuja DI, namun memang faktanya ia tetap konsisten dengan sikap tersebut. Menurut saya, keberhasilannya seperti ini karena ia berhasil mengkomunikasikan pemikirannya kepada masyarakat.

Seperti yang kita tahu, DI adalah orang berpengaruh di surat kabar Jawa Pos. Lewat koran dengan tiras terbesar di Indonesia itu –dengan 800.000 ribu eksemplar per hari- DI menuliskan ide dan buah pikirannya tentang PT PLN atau BUMN. Pasca operasi ganti hati yang ia lakukan empat tahun lalu, ada rubrik CEO Notes saat ia jadi Dirut PT PLN dan berubah menjadi Manufacturing Hope saat ia menjadi Meneg BUMN.

Sebagai praktisi tulen di dunia media, DI telah menjadi manusia komunikasi yang mampu memecahkan masalah dengan pesan. Mungkin karena itulah sehingga kebijakan-kebijakan yang ia lakukan tak terlalu mendapatkan protes dari masyarakat. Sebab lewat artikel yang ia tulis ia bisa menjelaskan visi dan langkah-langkah yang ia ambil. Ia adalah sosok pemimpin yang komunikatif. Indonesia perlu lebih banyak orang sepertinya. subagus indra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun