Kini kita telah berada di ujung akhir dekade ke 2 abad 21- Milenium ke 3 dengan segala tantangan dan harapannya terhadap dunia pendidikan dan perpolitikan nasional, selalu kita nantikan akan lahirnya para pemimpin bangsa yang hebat, otentik dengan ketulusan kebangsaan sesuai konteks jamannya.
Habibie mengakhiri kepemimpinan nasional akhir abad 20 dalam transisi memasuki abad 21- mengawali era reformasi, sebuah transisi peralihan dari masa otoritarianisme orde baru menuju demokrasi pasca lengsernya Pak Harto Mei 1999. Gus Dur kemudian menggantikan Habibie dalam pergantian abad 20-21 untuk mengawali kepemimpinan nasional abad 21 memasuki era demokratisasi perpolitikan nasional melalui pemilu legislative yang diakhiri dengan pemilihan presiden dan wakil Presiden melalui MPR ( Majelis Permusyawatan Rakyat).
Dua dekade awal abad 21 ini kita telah mempunyai 4 presiden- Gus Dur, mbak Mega, SBY (2 periode), dan Jokowi sedang berjalan periode ke 2 insyaallah sampai dengan 2024.
Hikmah dan Pembelajaran Apa selama Dua Dekade awal Abad 21?
Era politik yang disebut era reformasi dan demokratisasi ini, telah begitu banyak memunculkan tokoh politik dan partai politik namun belum melahirkan pertarungan ide-ide yang mencerahkan tentang pembangunan dan politik kebangsaan, yang terjadi justru bagaikan perkelahian politik untuk perebutan pengaruh dan kekuasaan.
Gaya hidup hedonis dan politik biaya tinggi telah menghancur luluhkan tokoh-tokoh muda potensial dalam perpolitikan nasional yang berujung korupsi dan penjara. Politik Biaya tinggi menjadikan para pemodal mempunyai bargaining kuat dalam berbagai proses pengambilan kebijakan publik, termasuk dalam permainan politik yang banyak disebut sebagai politik kartel. Disinyalir banyak penumpang gelap dalam perpolitikan nasional.
Kepemimpinan nasional pada 2(dua) dekade awal abad 21 ini sepertinya belum mampu mengajak dan menggerakkan seluruh komponen bangsa dalam membangun kesadaran bersama untuk mencapai berbagai tujuan Nasional. Sementara tujuan nasional itu sendiri apa, mayoritas masyarakat saya kira selalu gagap ketika ditanyakan hal itu.
Perpolitikan nasional sepertinya masih saja gaduh dengan berbagai perkelahian dan perebutan pengaruh antar golongan dan partai politik, belum menghasilkan sebuah gerakan penyadaran bersama untuk membangun kesadaran bersama dalam pencapaian tujuan-tujuan nasional tertentu. Belum muncul adanya pemimpin dalam sebuah paket karakter kepemimpinan dan kenegarawanan grade-A, sehingga masyarakat menjadi gagap dalam melihat arah bangsanya sendiri. Negara dan Partai- partai politik rasanya juga mesti lebih bertanggung-jawab dalam menyiapkan kader para calon pemimpin.
Bagaimana Peran Dunia Pendidikan?
Negara punya tanggung jawab besar untuk membuat stimulasi-stimulasi agar lahir calon-calon pemimpin masyarakat dan bangsa masa depan yang berkualitas. Kurikulum pendidikan untuk itu utamanya pendidikan dasar dan menengah harus berperan dalam menyiapkan generasi muda bangsa ini agar siap terjun di masyarakat dalam berbagai kapasitas, bakat dan minatnya- tak bisa disederhanakan hanya dalam sebuah konsep link & match.
Kurikulum pendidikan bukanlah sebuah konsep yang equal dengan sebuah konsep e-commerce yang sedang marak dalam dunia bisnis. Kurikulum pendidikan mesti didesain dan disiapkan secara terintegrasi dengan berbagai aspek kehidupan karena menyangkut manusia sebagai mahluk sosial yang kompleks dan kesesuaian dengan perkembangan peradaban masyarakat.