Mohon tunggu...
Subagiyo Rachmat
Subagiyo Rachmat Mohon Tunggu... Freelancer - â—‡ Menulis untuk kebaikan (titik!)

(SR Ways) - Kita mesti peduli dengan sekeliling kita dan bisa berbagi sesuai kapasitas, kadar dan kemampuan masing-masing sebagai bagian dari masyarakat beradab.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi akankah Melakukan Reshuffle atau Malah Mengundang-nya Rijstaffel?

11 Juli 2020   04:15 Diperbarui: 11 Juli 2020   05:31 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemudian tentang Mas Menteri Nadiem, sejak awal penunjukkan-nya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Oleh presiden memang sudah memicu kontroversi dan dipertanyakan banyak pihak termasuk para praktisi pendidikan, mengingat latar belakangnya sebagai pebisnis start up yang sukses dan fenomenal dengan latar belakang pendidikan yang juga bagus.

Salah satunya di Harvard Business School, tak ada sama sekali menyangkut dunia kependidikan, mungkin presiden punya pertimbangan lain yaitu kreatifitasnya dan ide-idenya tentang masa yang akan datang tentang dunia ketenaga-kerjaan, dan sebagainya.

Pada 3-4 bulan pertama menjadi menteri, sepertinya dia sedang berpikir untuk merubah keadaan dalam sistem kependidikan dengan cepat, yang diutarakan sepertinya tidak jauh dari link and match, program merdeka belajar, pentingnya inovasi IT. 

Saya menilainya banyak pernyataan-pernyataan Mas Menteri yang kering dan cenderung meyederhanakan persoalan pendidikan sebagai link dan match dengan dunia kerja masa depan yang dinamis.

Kini sudah 9 bulan masa jabatannya sebagai menteri, semakin banyak yang kritik bahkan dari kalangan praktisi pendidikan sendiri, ada yang mengatakan bahwa Mas Menteri Nadiem sebagai menteri Pendidikan tidak benar-benar menguasai peta persoalan pendidikan di Indonesia,  mungkin lebih cocok menjadisalah satu dirjend dalam kementerian pendidikan yang dapat membuat inovasi di bidang teknologi pendidikan. 

Ada juga yang mengritik bahwa ide Nadiem yang menghendaki semua kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) dilakukan secara daring tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. 

Banyak daerah yang belum mempunyai infrastruktur pendidikan yang memadai. Jangankan internet, bahkan banyak daerah di Indonesia yang belum teraliri listrik.

Hal ini tentu memerlukan segregasi dan segmentasi kebijakan sesuai dengan kenyataan di setiap daerah. Artinya tidak semua jenjang dan daerah dapat dilakukan PBM secara daring karena banyak materi pembelajaran yang memerlukan mentoring pengajar. 

Kemudian soal  program Merdeka Belajar yang pada tingkat operasionalnya tidak benar-benar dapat diimplementasikan untuk mewujudkan pembelajaran secara merdeka sesuai dengan visi dan konsep yang dibuat. 

Berbagai konsep perubahan oleh menteri Nadiem mungkin perlu dievaluasi lagi dengan cermat agar jangan overdosis yang konsep dan pentahapannya tidak realistis. Seperti halnya kepada mas Wishnutama, saya juga sangat  meyakini bahwa mas Menteri Nadiem adalah termasuk orang-orang muda yang cerdas dan bertalenta tinggi yang sudah terbukti sukses dalam bidang yang digeluti sebelum menjadi menteri.

Jadi,  jika Presiden akan melakukan reshuffle kabinet, dari kedua menteri ini yang akan terkena reshuffle mas Menteri Wishnu atau mas Menteri Nadiem atau Keduanya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun