Mohon tunggu...
Subagio Waluyo
Subagio Waluyo Mohon Tunggu... Dosen - Taruna

Subagio S Waluyo, Lahir di Jakarta, 5 Maret 1958, sudah berkeluarga (1 istri, 5 anak, dan cucu), Pekerjaan sebagai dosen di FIA Unkris (1988 sampai sekarang), Pendidikan Terakhir S2 Administrasi Publik, Alamat Rumah Jalan wibawa Mukti IV/22, RT003/RW017, Jatiasih, Kota Bekasi 17422

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal tentang Tulisan "MEOK"

10 Agustus 2017   14:25 Diperbarui: 10 Agustus 2017   14:31 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "M E O K"

Subagio S.Waluyo

Beberapa waktu lalu, saya sempat melihat di kaca belakang angkot K-02 (Pondok Gede---Terminal Bekasi) ada tulisan "MEOK" yang buat saya tulisan tersebut tidak asing lagi karena tulisan yang sama di tahun-tahun 70-an pernah saya jumpai di Jembatan Merah,Tebet, Jakarta Selatan. Bagi saya yang waktu itu masih bersekolah di SLA ada sesuatu yang asing dengan tulisan itu. 

Saya sempat bertanya pada beberapa teman atau orang-orang yang lebih tua. Ternyata mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan "MEOK". Saya juga sempat buka di Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh P.W.J. Poerwadarminta, ternyata jawabannya nihil alias tidak ada. Tulisan itu baru saya dapati ketika suatu saat di salah satu majalah terbitan Pusat Bahasa memuat tulisan tentang grafiti, yaitu corat-coret remaja di tembok atau di tempat-tempat terbuka umum yang terkadang disertai dengan gambar-gambar atau simbol-simbol yang menunjukkan jati diri mereka, ternyata kata tersebut merupakan sebuah akronim. Kata "MEOK" itu sendiri jika ditulis lengkap akan berbunyi `Makan Enak Ogah Kerja`.

Penulis grafiti "MEOK" saya kurang tahu apakah mereka termasuk dalam komunitas orang-orang yang tergolong "MEOK" atau yang berempati pada "MEOK" atau yang tidak suka kehadiran "MEOK". Mungkin-mungkin saja penulis grafiti "MEOK" sudah tidak ada atau seandainya adapun usianya sudah lanjut (manula). Mudah-mudahan saja seandainya mereka sudah tua bukan lagi tergolong manusia "MEOK" karena akronim itu mencerminkan manusia yang cenderung malas mencari nafkah. Manusia yang ada kecenderungan mau hidup enak tanpa ada cucuran keringat. Manusia yang tentu saja tidak punya kemandirian. Manusia seperti ini boleh juga tergolong manusia yang `hedonis`. Mereka bisa juga dimasukkan sebagai penganut paham `hedonisme`.

Kata `hedonis` menurut A.Mangunhardjana (Isme-Isme dari A sampai Z, 1997:90-92) berasal dari kata `hedone` yang berarti `kenikmatan`. Semua bentuk kenikmatan yang dilakukan manusia secara pribadi, baik kenikmatan indriawi bagi orang-orang yang sensual, kenikmatan intelektual bagi para ilmuwan, maupun kenikmatan estetis bagi pencinta materi (kebendaan) disebut `hedonis`. 

Karena kenikmatan tersebut lebih bersifat pribadi, kenikmatan di sini menjadi perkara subjektif. Jadi, dalam hal ini orang-orang yang merasakan kenikmatan etis, moral, religius mereka tergolong `hedonis`. Namun, dalam kenyataannya kata tersebut mengalami penyempitan makna. Kata `hedonis` saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan sikap konsumeristis. 

Dengan kata lain kata `hedonis` selalu dikaitkan dengan budaya konsumtif. Manusia atau masyarakat yang menganut paham ini biasa disebut `konsumerisme` atau di kalangan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan `matre` (maksudnya materialistis). Sedangkan kata `konsumerisme` diartikan sebagai sikap hidup yang lebih mau menikmati daripada menahan, mengkonsumsi daripada memproduksi. Dengan demikian, orang yang `hedonis` karena sudah dipastikan disertai dengan pendekatan sikap `konsumeristis` lebih suka mendapat daripada memberi atau membeli daripada memproduksi/membuat sendiri.

Orang `hedonis` atau "MEOK" adalah orang yang lebih mengedepankan tangan di bawah daripada tangan di atas. Tipe peminta-minta karena tuntutan konsumeristis daripada orang yang tergolong pemurah karena suka memberi. Tipe manusia seperti ini adalah tipe yang tidak mau susah. Kalau perlu menghindari kesusahan atau penderitaan sekalipun karena hidup ini harus diisi dengan kesenangan dan kenikmatan bukan kesusahan dan penderitaan. Tipe manusia seperti ini adalah tipe orang yang tidak bisa memberi manfaat buat orang lain. 

Sebaliknya, dia menjadi jenis manusia yang selalu memanfaatkan kebaikan orang lain. Karena tidak bisa memberi manfaat buat orang lain, orang "MEOK" tidak memiliki rasa peduli. Ia lebih mementingkan diri sendiri. Ia tidak mau tahu kalau ada orang di sekitarnya meminta uluran tangan atau belas kasihannya. Ia cenderung bikin orang susah. Jadi, orang "MEOK" merupakan orang bermasalah yang bisa dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang berpenyakit sosial.

Orang "MEOK" karena ada kecenderungan untuk memperoleh sesuatu tanpa kerja keras, ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kenikmatan sesaat. Di bidang politik orang-orang "MEOK" akan mempraktekkan cara-cara Nicolo Machiavelli untuk mendapatkan kekuasaan. Salah satu cara ajaran Nicolo Machiavelli yang dinilai tidak bermoral adalah untuk mendapatkan kekuasaan seseorang bisa melakukan apa saja, termasuk ke dalamnya melakukan cara-cara baik halus maupun kasar. Kalau perlu untuk mendapatkan kekuasaan sah-sah saja orang tersebut membunuh lawan politiknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun