Mohon tunggu...
Suasti Ngh
Suasti Ngh Mohon Tunggu... -

Kecanduan Detektif Conan dan Harry Potter. Doyan dengan segala hal berbau matematika ^_^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karna parwa: Gugurnya Radheya (Radheya dan Arjuna)

31 Maret 2011   07:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:15 1817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

RADHEYA DAN ARJUNA

Kereta Radheya telah berhadapan dengan kereta Arjuna. Radheya memalingkan wajahnya pada Salya sebelum bertanding dan berkata: ” Aku berharap menang hari ini tapi jika aku terbunuh apa yang akan kau lakukan, tuanku?” Salya berkata bahwa jika Radheya mati dia akan membunuh Arjuna dan Krsna dan membalaskan demdamnya. Dan sangat aneh Arjuna menanyakan hal yang sama pada Krsna, dan jawaban Krsna pun sama dengan jawaban Salya.

Asvatthama yang sangat sayang pada semua orang di medan pertempuran itu mengambil tangan Duryodhana dan menasihatinya agar menyudahi perang itu dan berdamai dengan Pandava jika tidak ingin melihat sahabatnya, Radheya mati di tangan Arjuna. Duryodhana merenungkan hal itu tetapi akhirnya ia berkata bahwa itu telah terlambat, karena setelah melihat kematian Dussasana yang ada dalam pikirannya hanyalah perang ini.

Pertarungan telah dimulai. Radheya dan Arjuna melakukan pemanasan dengan bertarung menggunakan panah-panah yang biasa saja, tetapi pemanasan segera berubah dalam sekejap. Arjuna memutuskan menggunakan astranya. Arjuna dengan Agneyastra dan Radheya dengan Varunastra. Langit menjadi gelap dipenuhi awan-awan hitam. Arjuan mengeluarkan Vayavyastra untuk menyingkirkannya. Sekarang Arjuna menguarkan Aindra Astrantya yang menghujani semua pasukan Korava. Radheya mengeluarkan Bhargavastra-nya. Pasukan dari kedua belah pihak kocar-kaciroleh astra-astra yang mereka keluarkan. Kedua ksatriya itu memang seimbang.

Kedua busur Vijya dan Gandiva mengeluarkan suara-suara. Radheya memotong dawai busur Arjua, namun dengan cepat diganti lagi oleh Arjuna, itu terjadi terus menerus. Pertarungan tak lagi lunak, ini adalah pertarungan sampai mati.

GUGURNYA RADHEYA

Radheya mengeluarkan astranya yang yang pasti akan bisa membunuh Arjuna. Ia mengelurkan Nagastranya. Ini rencana untuk menebas leher Arjuna. Ia tahu ini mungkin akan gagal, tapi ia tak kan pernah mundur. Ia mengarahkan panahnya ke dada Arjuna. Krsna menggagalkan rencana Radheya, ia memerintahkan kuda-kudanya untuk merunduk sehingga panah Radheya meleset dan hanya mengenai mahkota Arjuna sehingga mahkota itu jatuh.

Radheya tahu ini satu-satunya yang mampu membunuh Arjuna tapi itupun telah gagal. Mimpinya untuk membunuh Arjuna telah berakhir pula. Seekor ular keluar dari mahkota Arjuna. Ia adalah Avasena, anak dari ular yang dibunuh Arjuna di hutan Kandava. Ia akan membantu Radheya membunuh Arjuna, tapi Radheya tidak mau dibantu. Ular itupun akhirnya menyerang Arjuna seorang diri. Arjuna membunuhnya dengan enam buah panah

Akhir hidup Radheya sudah dekat. Takdir memutuskan bahwa saatnya telah tiba, kutukan pada Radheya terjadi. Bumi perlahan-lahan melembek, salah satu roda kereta Radheya terperangkap dalam lumpur. Radheya menyadari hal itu, ia teringat kutukan yang diucapkan Brahmana bahwa saat ia bertarung dengan musuh bebuyutannya roda keretanya akan tenggelam dan ia akan terbunuh bahkan saat ia belum siap.

Radheya ingin memanfaatkan waktu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. Ia mengambil Brahmastra yang dimiliknya. Namun ia tidak dapat mengingat mantra astra sakti itu. Ia teringat akan kutukan gurunya, Bhargava bahwa ia akan melupakan mantra astra itu saat ia sangat membutuhkannya. Ia tidak memiliki apa-apa lagi sekarang, bahkan Kavaca dan Kundalanya telah hilang.

Radheya berusaha mengangkat keretanya, ia meminta Arjuna menunggunya sebentar untuk mengangkat keretanya. Tapi dengan sinis Krsna menolak dan mengingatkan Radheya tentang kecurangan-kecurangan yang telah ia lakukan sehingga sekarang ia tidak pantas meminta keadilan pada Arjuna. Radheya membenarkan ucapan Krsna itu. Ia turun untuk menarik roda keretanya.

Pertarungan kembali terjadi. Radheya tidak memiliki astra yang bisa di gunakan lagi. Ia hanya mengandalkan keterampilannya untuk menahan astra-astra yang dikeluarkan Arjuna. Radheya mengirimkan panah yang sangat kuat pada Arjuna. Gandiva Arjuna terlepas dari tangannya. Semua berpikir Arjuna telah terbunuh. Namun Arjuna bangun dari pingsannya dan segera menyerang Radheya. Ia menjatuhkan panji Radheya.

Krsna menyuruh Arjuna untuk cepat membunuh Radheya. Arjuna mengelurkan panah yang bagai halilintar. Pastra itu memenggal kepala Radheya yang tersenyum menyambut kematiannya. Sebuah cahaya meninggalkan tubuh Radheya yang agung, Radheya telah gugur.

Bersambung: Kesedihan Duryodhana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun