Secara umum, saat ini kesadaran masyarakat mengenai kanker payudara masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan bahwa sebagian besar perempuan yang mengunjungi dokter sudah menderita kanker payudara dalam stadium lanjut ( III dan IV ), dimana sebagian besar dari mereka adalah perempuan usia produktif. Padahal upaya melawan kanker payudara akan bermanfaat apabila dilakukan sedini mungkin, baik melalui metode deteksi dini maupun skrining. Strategi deteksi dini adalah upaya menggeser stadium III/IV menjadi stadium I/II, dan lebih cosst-effective treatment.
Kanker payudara adalah kanker terbanyak pada perempuan di dunia, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker paru dan merupakan penyebab utama kematian pada wanita usia 40-45 tahun. Insiden kanker payudara diseluruh dunia cenderung menetap atau sedikit meningkat. Demikian halnya dengan Bali tampaknya jumlah kasusnya meningkat walaupun masih berada pada urutan kedua setelah kanker serviks, dan cenderung bergeser kearah wanita umur yang lebih muda.
Oleh karena hampir 95% kanker payudara bersifat sporadik yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti, oleh karena itu upaya pencegahan primer belum dapat dikembangkan, hanya usaha pencegahan sekunder / screening yang sudah dapat dilakukan yaitu dengan mamografi.
Mamografi memiliki peranan yang penting dalam menurunkan angka kematian sebesar 20% pada dekade terakhir karena perannya dalam mendeteksi dini tumor payudara.
Apa itu mamografi ?
Mamografi merupakan suatu pencitraan menggunakan sinar x dosis rendah untuk memberikan gambaran payudara secara detail. Mamografi memiliki peranan yang penting dalam menurunkan angka kematian sebesar 20% pada dekade terakhir karena perannya dalam mendeteksi dini tumor payudara.
Kapan sebaiknya dilakukan pemeriksaan mamografi?
Pemeriksaan mamografi pada wanita dilakukan pada saat :
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara rutin pada wanita berusia 40 tahun keatas setiap 1-2 tahun dan usia 50 tahun keatas setiap tahun dan pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena kanker payudara (misal. adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka dapat dilakukan sebelum usia 40 tahun. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang tidak mengalami keluhan atau gejala pada payudaranya. Pemeriksaan mamografi pada saat ini bertujuan untuk skrining atau yang disebut dengan mamografi skrining. Tujuan mamografi skrining adalah untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara sebelum keluhan muncul dan sebelum benjolan pada payudara dapat diraba, sehingga dapat dilakukan segera penanganan yang maksimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan survival rate.
2.Pemeriksaan dilakukan pada wanita yang pada pemeriksaan fisik dicurigai adanya keganasan payudara seperti adanya benjolan pada payudara, payudara mengeluarkan cairan berbau busuk, adanya rasa tidak nyaman pada payudara, pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan, serta adanya penyebaran sel-sel kanker yang tidak diketahui asal tumor primernya.
Pemeriksaan ini lebih dikenal dengan istilah mamografi diagnostik. Pemeriksaan mamografi diagnostik bisa juga merupakan kelanjutan pada nonpalpable mass ( tidak terabanya benjolan pada payudara saat pemeriksaan fisik ) yang terdeteksi pada saat mamografi skrining.
3.Dilakukan pada saat pasien sudah mendapatkan terapi kanker payudara dengan tujuan untuk mengetahui atau follow-up perkembangan dari penyakitnya. Hal ini sering disebut sebagai surveillance mamografi.
Keterbatasan mamografi ?
Walaupun mamografi penting untuk mendeteksi dini kanker payudara, namun mamografi memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut :
·Hasil pemeriksaan negatif palsu mencapai 20 % artinya hasil negatif dari pemeriksaan mamografi menunjukkan belum tentu tidak ada kanker payudara. Oleh sebab itu hasil mamografi negatif tidak menyingkirkan adanya keganasan sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan seperti USG atau MRI payudara. Hasil pemeriksaan positif palsu mencapai 12 % dimana mamografi mendeteksi adanya keganasan pada payudara yang normal.
·Deteksi kanker payudara pada wanita dengan jaringan padat ( fibroglandular ) lebih banyak dibandingkan jaringan lemak tidak adekuat, dimana keadaan ini sering ditemukan pada wanita berusia dibawah 30 tahun sehingga kurang cocok untuk dilakukan pada wanita berusia dibawah 30 tahun. Disamping itu pemeriksaan mamografi menimbulkan perasaan tidak nyaman oleh karena payudara dikompresi atau ditekan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Semakin baik kompresi semakin baik hasil yang didapat. Oleh karena itu penting menjelaskan dan menginformasikan hal ini kepada pasien serta memberikan motivasi dan menenangkan pasien sebelum melakukan pemeriksaan.
Keterbatasan ini menjadi pendorong untuk memperbaiki teknologi mamografi yang sudah ada, mengembangkan teknologi baru serta proses pencitraan dengan resolusi tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan mamografidalam menggambarkan detail payudara dengan lebih baik dalam upaya deteksi dini kanker payudara seperti digital mammography, computer-aided detection, Breast tomosynthesis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H