Istilah "huma" bagi saya tidaklah asing, karena saya sejak usia tiga tahun, sudah diperkenalkan oleh orang tua saya tentang apa itu huma, dan bagaimana proses "huma" atau "ngahuma".Â
Foto diatas dari halaman facebook @resep_masakan_rumah. Jadi saat saya membuka facebook saya diperlihatkan tentang suasana lahan yang akan dijadikan "huma" seperti tertera dalam gambar tersebut.Â
Foto itu tertulis caption, "Yang pernah merasakan suasana  seperti ini masa lalu anda sungguh berkesan,". Akhirnya suasana itu mengingatkan saya pada masa kecil saya dulu.Â
Saya pernah mengalami masa itu, dibawa oleh orang tua ngahuma membawa bekal huma, dan peralatan untuk membersihkan lahan kemudian membakarnya agar bersih dan siap ditanam padi, juga berbagi jenis tanaman kacang-kacangan.Â
Aktivitas ngahuma sudah tidak lagi dilakukan. Namun, yang konsisten mempertahankan budaya ini adalah masyarakat Baduy. Baduy menjadikan ngahuma sebagai budaya yang harus dilakukan secara turun-temurun.Â
Pengertian HumaÂ
Sebuah istilah yang tidak asing bagi saya, tapi terdengar asing bagi orang lain. Istilah "huma" ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya ladang padi ditanah kering.Â
Di era sekarang, rasanya sudah sulit kita menemukan masyarakat kita yang masih mempertahankan metode penanaman padi yang sangat tradisional ini.Â
"Huma" adalah metode menanam padi dilahan kering yang sudah dilakukan oleh masyarakat sejak berabad-abad tahun lamanya. Fase ini sudah terjadi ketika masyarakat memasuki revolusi pertanian.Â
Yuval Noah Harari dalam bukunya berjudul "Homo Sapiens" menyebutkan tiga perubahan mendasar pada kehidupan manusia yakni revolusi kognitif, revolusi pertanian, dan revolusi teknologi.Â