Saya alumni mahasiswa, jurusan Pendidikan Sejarah dari STKIP Setia Budhi Rangkasbitung. Sebuah kampus biru yang berada di Komplek Pendidikan Kabupaten Lebak Provinsi Banten Republik Indonesia.Â
Sekitar pertengan tahun 2017, saya masuk kuliah dan menjadi mahasiswa yang hobi membaca. Banyak buku yang saya baca mulai dari filsafat, sejarah, bahasa, agama, politik sosiologi dan lain sebagainya.
Tahun 2022 tepat bulan Maret saya lulus dan menyandang gelar S.Pd. Sarjana Pemberian Dosen.wkwk ... setidaknya gelar ini menjadi jawaban perjuangan orang tua saya menyekolahkan anaknya sampai di titik ini.
Pada artikel ini saya ingin berbagi pengalaman kepada pembaca, terkait kesenangan atau hobi saya membaca buku hingga saya punya punya ide untuk membuat perpustakaan digital.Â
Ide mengenai perpustakaan digital ini muncul saat saya masih semester 4. Waktu itu saya sudah terbiasa membaca buku, kemana-mana pasti selalu membawa buku.Â
Ini sengaja saya lakukan, selain agar terbiasa membaca buku dimanapun, kapanpun dan terbiasa membaca dalam situasi apapun (hening dan ramai), kebiasaan itu juga saya lakukan agar bisa memiliki identitas diri.
Biasanya saya membaca buku di perpustakaan kampus, tapi pada waktu-waktu tertentu, misalkan tidak ada jam kuliah atau saat dosen tidak masuk saya manfaatkan membaca ke perpustakaan prodi, atau ke perpustakaan daerah dekat museum multatuli.Â
Kebiasaan itu saya lakukan bahkan sampai lulus. Hingga sekarang pun saya masih suka membaca dan menyempatkan waktu berkunjung ke perpustakaan, kadang ke kampus atau ke perpustakaan saidjah adinda Kabupaten Lebak.Â
Membuat Perpustakaan Digital PribadiÂ
Sekarang ini orang ramai berbicara tentang literasi digital. Tapi mereka sendiri belum punya perpustakaan digital. Perpustakaan digital bukan seperti e-Perpusnas melalui aplikasi, kalo itu terbatas kalau misalkan kita pinjem buku. Bagaimana kalau kita butuh buku banyak,? repot kan, alhasil kita harus mengunjungi perpustakaan lagi.Â