Rakyat Amerika sadar betul nasib negerinya tak bisa dipertaruhkan pada yang tak berpengalaman di bidang ekonomi. Donald Trump yang merupakan pengusaha menjadi sosok yang selama ini telah dinanti oleh warga AS.
Amerika membutuhkan terobosan yang tepat dan berani untuk mengembalikan kejayaannya. Rakyat Amerika sadar betul karut marut ekonomi tak akan hilang setelah nonton Obama memainkan bola basketnya atau ketika Ia berlari-lari kecil di Gedung Putih
Seperti diketahui di Zaman Obama ekonomi justru morat-marit tak karuan, Obama satu-satunya Presiden yang tak mencetak pertumbuhan ekonomi diatas 3% selama masa pemerintahannya. Â
Masyarakat di bawah garis kemiskinan naik 3,5%, pendapatan rumah tangga turun 2,3%. Masyarakat Amerika yang memiliki rumah turun 5,6%. Utang nasional naik dari $10.63 triliun menjadi sekitar $19 triliun di bulan Mei 2016. Di pemerintahan Presiden tersebut ekonomi Amerika masuk ke fase kelam.
Rakyat sudah kenyang dengan senyuman. Yang mereka butuhkan kesejahteraan, bukan pencitraan. Runyamnya alih-alih bicara perekonomuan, partai petahana malah sibuk bicara kampanye negatif tentang Donald Trump.
Pada akhirnya rakyat menjadi hakim di hari penentuan, mereka sedang butuh perubahan. Mereka butuh ekonomi membaik, mereka butuh kehidupan yang layak. Mereka butuh perubahan yang cepat, drastis, signifikan. Tidak bertele-tele.
Hasilnya mayoritas rakyat Amerika yang hidup miskin memutuskan untuk memilih Trump. Mereka percaya kualitas seorang pengusaha yang cepat dan tepat mengambil keputusan, yang menguasai persolan akan mampu memberikan solusi bagi kehidupan mereka
Trump banyak mendapatkan suara dari daerah-daerah, pinggiran kota atau pedesaan seperti Sachse, Rowlett dan Sunnyvale, bersama dengan Irving, Garland dan Mesquite.
Disana banyak keluarga mencoba mencukupi kehidupan mereka dengan beban yang mereka tanggung seperti cicilan kendaraan, hipotek rumah belum lagi biaya kuliah anak anak mereka dan pensiunan mereka kelak dihari tua.
Mengutip The Dallas Morning News masyarakat disana bisa melihat dengan jernih diantara kebisingan kampanye presiden yang panjang, masing-masing menemukan sesuatu tentang Trump yang bergaung dalam hidup mereka: Harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Indonesia seharusnya bisa banyak belajar dari Amerika Serikat, untuk mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. Memilih pemimpin seharusnya yang mumpuni, mengerti ekonomi seperti Trump. Yang selesai dengan kehidupannya artinya tidak lagi mengejar materi. Tapi fokus membangun masyarakat. Itu yang dibutuhkan Indonesia. Bukan Pemimpin yang memelihara kebisingan.