Sidoarjo, (02/06/2016) Mungkin cara saya ini mengadvokasi anak-anak di desa saya jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi perlu di ingat perubahan di mulai dari hal kecil apalagi mengingat sekarang indonesia darurat kekerasan seksual dan kenakalan remaja. Maka dari itu dengan berbekal segudang ilmu akademik dan soft skill yang saya dapatkan di organisasi saya implementasikan dalam "Advokasi anak-anak berbasis Literasi, Kreatifitas, Pendidikan Seksualitas"
Kegiatan ini berlangsung 6 Bulan yang lalu sejak Nopember 2015 dan dilaksanakan 2 kali dalam seminggu.
Ternyata dalam mengarungi proses ini tidak mudah dan mengalami berbagai dinamika.
Dari mulai kekurangan Buku, Sulitnya mengumpulkan anak2, keterbatasan waktu.
Dalam Advokasi sendiri ada tiga tahapan yakni Pertama Konseling, Kedua Pemberdayaan, Ketiga Pendampingan.
Semoga dengan cara demikian bisa mengantarkan Kabupaten Sidoarjo Menjadi Kabupaten Layak Anak.
Jumlah anak sekitar sepertiga dari jumlah penduduk. Anak adalah modal investasi dan sumberdaya manusia dimasa yang akan datang, sekaligus sebagai generasi penerus bangsa. Anak harus berkualitas agar tidak menjadi beban pembangunan. Koordinasi dan kemitraan antara pemangku kepentingan terkait. pemenuhan hak hak anak harus diperkuat agar terintegrasi, holistik akan berkelanjutan.
Orientasi kami bukan hanya menerima pengetahuan, melainkan juga memproduksi pengetahuan. Kenapa begitu? Proses anak-anak berkarya itu kan dapat dijadikan buku. Buku yang menulis proses kreatif dan karya kreatif anak-anak itulah yang kemudian kembali melahirkan pengetahuan. (EveeArz)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H