Kota perkelahian ketika sama sama angkuh_aku lihat pisau mengiris pinang kemarau
Namun sebuah kapsul terampuh ditoko penyembuhan ketika angin mengundang bau parfummu.
: menanyakan bahwa kemarahanku tak secepat bau parfum dan sebentuk diam yang tercipta ketika senyum mulai terbenam dilaut bergemuruh.
Disepanjang jalan menuju alismu yang meliut. Pada sebuah babak kubacakan lagi cerita masa lalu.
Alismu semakin lancip dan licin seperti belut dengan liarnya.
Suara ramai memadati antrian bak bising dikota. Â Â Â
Tak pula suara, caci maki pun memadati. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
"Terbang saja sendiri tanpa antrian peraturan polish" suruhmu. Haha, kotaku belum damai.
Senyummu patah tak berbentuk perahu kesayanganku yang damai dengan ombaknya.
mungkin kau mendengrkannya tergesa - gesa
Sajak sajakku lebih dahulu menulis namamu. Â Â Â Â
(seperti yang kau mau)
Fii, saat ini jarak antara rindu dan ragu berlalu
Perahu itu semakin melaju membonceng kemesraan jack dan rose.
Sadari saja perbedaan samuderanya pula kita dengan jack dan rose.
Surabaya, 21-01-2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H