erjadinya degradasi partisipasi mahasiswa dalam dunia lembaga kemahasiswaan di Universitas Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir menjadi perhatian yang sangat besar bagi para mahasiswa aktivis lembaga kemahasiswaan. Degradasi partisipasi ini terlihat pada tahun 2005-2006, pencalonan Presiden-Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas, Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswaa (DPM) Universitas, Gubernur BEM Fakultas, Anggota DPM Fakultas hingga Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)/Himpunan Mahasiswa (HIMA) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) minim partisipasi pencalonan dari mahasiswa. Selain itu program kerja yang dilakukan oleh lembaga kemahasiswaan terkadang jauh dari disiplin ilmu yang ada. Maka untuk mengatasi hal tersebut lahir dua wacana solusi yaitu revitalisasi lembaga kemahasiswaan dan pembentukan partai mahasiswa.
Solusi wacana pembentukan partai mahasiswa menjadi issu sangat besar sehingga timbul pro dan kontra yang dilontarkan oleh pimpinan lembaga kemahasiswaan yang memiliki back ground Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Penelitian ini mencoba meneliti perbedaan persepsi kader-kader HMI dan KAMMI dalam melihat wacana pembentukan partai mahasiswa. Persepsi diartikan sebagai suatu proses cara pandang seseorang yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal terhadap suatu obyek yang sama dalam bentuk pengetahuan sehingga dapat memberikan motivasi seseorang tersebut untuk melakukan tindakan-tindakan berupa kognitif yang timbul dari cara pandang tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Explanatory atau Comfirmatory Research. Persepsi yang akan diteliti adalah mengenai pengetahuan responden terhadap wacana penerapan partai mahasiswa dan Fungsi serta partai mahasiswa.
Populasi yang ada adalah 827 dari HMI dan 655 dari KAMMI, dari populasi tersebut diambil responden berjumlah 42 dari HMI dan 42 dari KAMMI dengan menggunakan cluster sampling. Semua responden berstatus anggota biasa sehingga dapat dikatakan sebagai aktivis mahasiswa. Dalam pengumpulan data menggunakan quisioner dan dokumentasi yang menunjang penelitian ini. Analisis data yang digunakan dengan metode Chi Kuadrat sehingga nantinya akan terlihat signifikan atau tidaknya perbedaan persepsi tersebut. Pewacanaan penerapan partai mahasiswa dalam Student Government Universitas Lampung yang tertuang dalam amandemen Konstituisi Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Universitas Lampung 2005 menjadi polemik diantara mahasiswa. Kelompok yang pro dan kontra tersebut memiliki back ground organisasi eksternal yang berbada.
Pada hipotesa menerangkan bahwa yang pro dan kontra menggunakan lembaga kemahasiswaan yang telah ada untuk menyikapi wacana penerapan partai mahasiswa. Pemimpin dari lembaga kemahasiswaan yang pro dan kontra tersebut banyak yang berasal dari HMI dan KAMMI. Secara laten telah terjadi polemik antara HMI dan KAMMI dalam wacana penerapan partai mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan responden antara HMI dan KAMMI secara mayoritas mangetahui wacana penerapan partai mahasiswa dalam student goernment Universitas Lampung.
2. Terjadi perbedaan persepsi antara responden HMI dan KAMMI dalam berpersepsi mengenai partai mahasiswa. Responden HMI secara mayoritas menolak penerapan partai mahasiswa dalam student government Universitas Lampung sedangkan responden KAMMI secara mayoritas mendukung penerapan partai mahasiswa dalam student government Universitas Lampung. Dengan demikian terjadi perbedaan persepsi yang signifikan antara kader HMI dan KAMMI dalam memandang wacana penerapan partai mahasiswa dalam student government Universitas Lampung.
3. Perbedaan persepsi ini terjadi dalam hal ketika melihat fungsi partai mahasiswa (sebagai artikulasi, sosialisasi, rekruiment, pengatur konflik, pendidikan politik dan alat merebut serta mempertahankan kekuasaan). Persepsi kader KAMMI memandang bahwa fungsi partai mahasiswa tersebut layak dilakukan oleh partai mahasiswa, tetapi responden HMI memandang fungsi seperti itu cukup dilakukan oleh lembaga kemahasiswaan saja. Selain itu ketika melihat dampak penerapan partai mahasiswa, responden HMI secara mayoritas berpersepsi bahwa penerapan partai mahasiswa akan menimbulkan efek negatif bagi student government. Sedangkan responden KAMMI secara mayoritas berpersepsi bahwa partai mahasiswa akan berdampak positif bagi student government.
4. Polarisasi gerakan HMI dan KAMMI berpolarisasi gerakan sama, bahwa antara HMI dan KAMMI memiliki kesamaan ideologi yaitu berideologi keagamaan Islam dan ada kesamaan pola gerakan yang bersifat kultural, bermoral, menerima kompromi serta evolusi, tetapi dalam melakukan pergerakan di Kampus, kedua organisasi tersebut berbeda pandangan khususnya pandangan atau persepsi mengenai penerapan partai mahasiswa dalam Student Government di Universitas Lampung. Dengan demikian persamaan ideologi dan juga persamaan pola gerakan orgainisasi tidak dapat menyamakan persepsi kader kedua organisasi tersebut dalam melakukan gerakan di kampus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H